Engkau kah itu, Putri yang lama ku nanti..
Yang langkah kaki kecilmu, pelan menapak lantai rumah kita, mengejarku dengan perlahan dan memanggil "Ibu.., Ibu..."
Dulu, rumah terasa sepi. Menantikanmu datang di rahim Ibu terasa begitu lama, sampai-sampai Ibu pernah terfikir "alangkah sepinya hari tua kami", sajadah panjang di bentang, doa-doa berantai mengait ke langit. Minta Alloh menurunkan ciptaannya menjadikan kita terikat takdir sebagai ibu dan anak.
Engkau kah itu, yang tidak pernah meminta menjadi anak siapa, dan berserah kepada Alloh hendak di titipkan pada siapa.
Suatu pagi yang dingin gelap dan panjang akhirnya kita bersisian, aku menatapmu...
Semua yang ada padamu, terlihat mungil.
Matamu kecil, hidungmu kecil, mulutmu kecil.
Engkau yang kecil itu tiba dengan sejuta doa yang Ayah panjatkan dengan tangis Ibu yang berderai-derai. Seolah kita telah lama menghilang dan kini saling menemukan. melihatmu aku tak serta merta jatuh cinta, tapi rasa sayangku menggelombang dengan kuat, seketika kita terikat.
Aku tak pernah tahu bahwa engkau sayangku, akan tumbuh dengan cepat dengan segala sisi emosi yang menyertaimu sebagai manusia. Lambat laun, kita jadi sering bertengkar.
Ah, tidak, sepertinya selalu Ibu yang memantik konflik. Melukaimu yang masih balita dengan kata-kata Ibu yang kurang pantas, mencubitmu, memarahimu.
Nak, berapa kali sudah kamu terluka, ketakutan, marah, malu dan sedih karena Ibu?
Engkau Nak, gadis kecil berambut keriting dengan wajah mungil, tak pernah meminta jadi anak siapa.
Dan ibumu ini, belumlah menjadi pribadi yang utuh dan sehat, sehingga Ibu sendiri kocar-kacir membesarkanmu hanya dengan sedikit ilmu yang ibu punya.
Engkaukah itu nak,
Balita yang ceriwis, engkau gemar bercerita berkata-kata tiada henti, dengan kupingmu yang selalu gatal karena anting2 (haruskah ibu melepas antingmu dan membiarkan lobangnya rapat? Ah mungkin iya) dengan kuku kukumu yang cepat sekali panjang, dengan jemarimu yg sering keriput karena suka sekali bermain air.
Gigi depanmu yang tanggal, gelak tawamu yang mendayu-dayu serupa lagam, rengekanmu, tangisanmu, kadang engkau baik seperti yang ibu mau, kadang engkau melempar barang sesukamu. Kadang engkau begitu patuh, lain waktu membangkang tak malu-malu.
Engkau Nak, cinta yang datang memenuhi ruang hidupku. Yang saat engkau terlalu dekat dan menjadi 'gangguan', membuatku hingar bingar dengan kemarahan, tapi saat kita berjauhan, beberapa jam saja, hatiku tertinggal, ingin rasanya cepat engkau dalam pengawasan mataku,erat dalam dekapanku.
Berapa kali Nak, engkau merasa ibu abaikan?
Sehingga engkau mencari kesibukan duduk di pojokan bermain mobilan, memotong lilin, memeluk hugo atau menatap layar televisi. Karena ibu selalu saja ada yang di pegang, cucian, sapu, piring, dapur dan tidak kalah jarang, gadget.
Nak.. jika kelak engkau besar dan membaca tulisan ini. Ibu berharap, engkau tak menyesal setitikpun terikat takdir dengan Ibu.
Ibu memang tak sempurna dan tak berilmu, tapi Ibu tak tinggal diam, Ibu tak mau berlama-lama di lubang kegelapan. Ibu belajar, melepaskan masa lalu, memaafkannya dan mengasihi diri Ibu bahwa Ibu masih punya, hati yang kokoh untuk tak goyah apalagi menyerah menjadi Ibu yang bisa kau terima kasih sayangnya sepanjang hidupmu.
Ini lah aku, Nak..
Seorang Ibu yang mengiba kehadiranmu, belajar untuk menjadi sebagaimana Ibu.
(Ditulis untuk pelatihan MP batch 4 sesi 1, Makan Kismis dan Penyelidikan 35' )