Bab 4 (Otoritas & Penurutan)
Bag 2 - Sesi 15
Prinsip-prinsip penurutan dan otoritas menjadi kodrat anak (lanjutan dari sesi 15).
Anak-anak membuat swa-pemerintahan melalui jabatan dalam mengatur kelas. belajar memilih dan dan mengenali siapa yang menjabat. Jabatan membentuk watak pemangkunya dan watak pemangkunya berdampak pada jabatannya.
Remedial: Informasi selalu tersedia. pesan dari remidi adalah tanggung jawab guru untuk membuat muridnya paham padahal memahami materi pelajaran adalah urusan anak-anak. Jangan ada siaran ulang. Alat bantu ini melemahkan kita, membuat daya perhatian kita pendek dan memori kita melemah [ketika diulang lagi, diulang lagi, maka anak-anak akan bosan dan mencari cara untuk terus berenergi]
3 sesat pikir guru/orangtua:
1. Menganggap anak makhluk inferior, sedang saya superior. akal budi anak itu sama hebatnya bahkan lebih hebat dari kita. maka jangan suapi anak-anak. menganggap mereka punya daya cerna lemah.
2. Kita menghina anak. tak memahami kosakata sastrawi. [Penjelasan itu tak perlu, kecuali mereka meminta] saat kita melihat anak berdaya tangkap baik kita berpkikir itu sebab mereka berasal dari orangtua terpelajar.
3. kita menganggap daya perhatian itu harus di bina dengan segala macam usaha padahal anak bagaikan daya terjun air niagara. daya perhatian yang besar itu harus di supply dengan berbagai pengetahuan, Kita tidak perlu menjadi dewa yang serbu tahu, kita terlalu terbatas untuk mengimbangi kesanggupan bocah yang haus akan pengetahuan ini. Membuka akses kepada penulis-penulis terbaik adalah hal yang wajib dilakukan.
tambahan:
4. Merendahkan pengetahuan. Tugas akan ditunaikan sebanding lurus dengan kualitas kepribadian seseorang. makin luhur pribadinya, makin bernilai karyanya dan makin bertanggungjawab perilakunya. Pendidikan humaniora dihapus dari pendidikan terkini untuk efisiensi. Tidak ada jatah membaca atau memikirkan ide-ide yang meluhurkan pribadi mereka.
Daya perhatian ini adalah prinsip Vital [habit of obidience] HoA dalam pendidikan artinya anak dapat belajar mandiri dengan perhatian penuh; menggunakan otoritas dalam dirinya untuk fungsi tertinggi; kekuasaan untuk mengkomando dan menyuruh dirinya sendiri. menyuruh diri sendiri sampai faham, perasaan ini bagaikan raja yang berkuasa, kepuasannya makin bertambah karena hasrat akan pengetahuannya terpenuhi. Bersedia mengantar anak melihat hal-hal yang sudah dia pelajari sendiri. Berbeda dengan respon anak yang disuapi dengan pengetahuan tapi tidak bergairah saat mengunjungi mueseum [no relation at all]
Generasi dengan fokus tinggi dan ingatan tajam, terlatih berpikir cepatdan mengingat instruksi dan adalah anugerah suatu bangsa. Kita membutuhkan simpati yang kuat untuk membuat tautan sosial dengan kesamaan pengetahuan.
Jangan SOK atau sombong dihadapan anak-anak, orang yang layak memberi ceramah hanya yang sudah mendedikasikan seumurhidupnya dan menulis buku tentang itu. mereka menulis dengan pencerahan, imaji dan kuasa tapi ini langka.
tujuan akhir pendidikan utilitarian begitu khas; Stimulus mental yang ada hanya sebatas hiburan semata. diibaratkan bahwa orang yang cacat sangat dikasihani tapi banyak lelaki dan perempuan muda yang lebih menyedihkan jika tak punya minat intelektual atau minat pada kemajuan sains.
Para pegiat pendidikan ini tahu bahwa pendidikan adalah hal penting kedua setelah agama dan pendidikan adalah tangan kanan yang nisacaya diperlukan agama.
Dalam diskusi ini (CMb 10/3) kita membahas mengenai penyertaan dalam proses belajar anak, sikap keingintahuan sejauh mana progress dan langkah-langkah yang diambil telah menciderai pendidikan anak karena tugas anak sendirilah untuk mencerdaskan dirinya.