The battle hymn of the tiger mother

By Cicits - November 18, 2014

Intro :

23.12.14

Hy Mommies,
Selasa seperti biasa, artikel bermuatan parenting yang berasal dari resensi Buku.
Kali ini datang dari buku berjudul 'Battle Hymn of The Tiger Mother' By Ami Chua

Buku ini sangat kontroversial di USA.. tetapi sebagai orang Asia.. kita tdk menganggap 'aneh' isi buku ini. Kenapa? Karena tipikal pola asuh orangtua se-Asia kurang lebih sama. Kita mengagungkan kehormatan terhadap orangtua dan memahami bahwa orangtua paling tahu yang terbaik bagi anak-anaknya (meski mungkin dengan disiplin yang kaku dan keras sekalipun). Penasaran? Sila baca sampai tuntas resensi buku ini untuk mendapatkan pandangan baru. Semoga menginspirasi!

-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar ( on progress)
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.

---------------------------

SOURCE : http://www.momsbooksclub.blogspot.com/2011/12/tiger-mom.html?m=1
(Dengan sedikit tambahan)

Judul Buku: Battle Hymn of The Tiger Mother
Penulis : Amy Chua

Tidak berlebihan jika Guardian menilai buku ini sebagai buku yang paling kontrovesial. Bagaimana tidak, cara membesarkan anak yang dilakukan Amy Chua terhadap kedua anak perempuannya, Sophia dan Louisa, bertentangan dengan semua teori pengasuhan yang diamini semua pihak selama ini. Bahkan bukan tidak mungkin cara membesarkan anak yang dilakukan Amy Chua pada kedua putrinya bertentangan dengan hak anak. 

Apa yang dilakukan Amy Chua terhadap kedua putrinya? Diantaranya tidak boleh;  
Bocoran peraturan dari Ibu Macan (not allowed to) :
1. Attend a sleepover
2. Have a playdate
3. Be in a school play
4. Complain about not being in a school play
5.  Watch TV or play computer games
6.  Choose their own extracurricular activities
7.  Get any grades less than an A
8. Not be the #1 student in every subject except Gym and drama
9. Play any instrument other than the violin or piano
10. Not play the piano or violin

Intinya, Amy Chua tidak sedikitpun memberikan pilihan kepada kedua putrinya mengenai apa yang mereka sukai atau tidak. Mana yang mereka inginkan atau tidak. Amy Chua mengendalikan bahkan memaksakan semua kegiatan yang dilakukan kedua putrinya setiap hari. Terdengar kejam dan mengerikan? Ehm, sungguh buku yang membuat saya tidak sabar untuk menuntaskannya sampai halaman terakhir.

Sebelum genap usia kedua putrinya lima tahun Amy Chua mengeleskan keduanya kursus piano, namun dengan berjalannya waktu dan berbagai pertimbangan si sulung Sophia lah yang tetap kursus piano sedangkan adiknya Louisa kemudian fokus bermain biola.

Sekedar les musik seperti dilakukan kebanyakan orang tua masa kini? Tidak, Amy Chua bukan hanya menghadiri setiap sesi latihan kedua putrinya tapi berusaha mengerti dan menghayati setiap nada yang dimainkan untuk mencapai kesempurnaan sehingga saat sesi latihan di rumah, dialah yang bertindak sebagai guru. Ia mewajibkan kedua putrinya berlatih musik di rumah selama 90 menit setiap hari, dua kali lipat saat hari les dan lima hingga sepuluh jam saat akan menghadapi undangan konser. Tiap hari tanpa kecuali pun termasuk saat liburan musim panas ke luar negeri. Ya, Amy Chua selalu punya cara yang tidak masuk akal bahkan di nilai gila  oleh kedua putri dan suaminya yang membuat sesi latihan musik tetap berlangsung di belahan negara manapun ketika mereka berlibur.

Buku ini adalah kisah nyata bagaimana Amy Chua membesarkan kedua putrinya sehingga menjadi menjadi pemain musik yang berbakat pada usia sangat dini dan kakak beradik ini kemudian dijuluki sebagai "Genius Sibling" di bidang musik, sebelum mencapai usia 15 tahun.
Cara membesarkan anak yang Amy Chua lakukan sama dengan yang dilakukan ibunya saat ia masih kecil. Cara yang disebutnya sebagai cara membesarkan anak ala ‘ibu china’. Cara yang dinilai sebagian besar orang ‘kejam’. Terlebih Amy Chua dan keluarganya tinggal di Amerika. Negara dimana kebebasan dan hak asasi  dijunjung tinggi.  Namun menurut Amy Chua justru cara seperti itulah yang membuat anak dari ibu-ibu china sukses terutama dalam bidang sciences dan musik.  Selain karena Amy Chua takut kualitas keluarganya merosot. Mengingat sebuah pepatah China yang mengatakan ‘kemakmuran tidak pernah bertahan lebih dari tiga generasi.’ terdengar familiar bukan?

Amy telah di didik dengan sangat disiplin oleh orang tua mereka sehingga ia memiliki prestasi akademi dan karir yang cukup berhasil untuk masuk ke kelas sosial menengah atas di Amerika, namun hal itu tidak membuat anak-anaknya mudah mendapatkan segala sesuatu, barang dan pakaian branded serta luxury travel adalah list terakhir keluarga mereka.
Yang perlu di garis bawahi adalah kesan yang Amy dapatkan, bahwa sekeras apapun cara orangtua mendidik anaknya, saat kemudian anak tersebut meraih sukses, anak tidak pernah mendendam pada orangtua, malah mereka akan bersyukur dan berusaha membalas budi baik orangtua.
(Saya pun sesungguhnya merasa demikian, bagaimana dengan anda? Hanya saja kemudian kita harus menyadari bahwa ada pendekatan yang jauh lebih baik dalam mendidik anak selain dengan kedisiplinan tingkat tinggi)

Cara membesarkan anak yang dilakukan Amy Chua terhadap kedua putrinya bukan tidak mendapat pertentangan. Pertentangan itu salah satunya berasal dari ibu mertuanya. Pertentangan yang membuat hubungan Amy Chua dan mertuanya tidak memiliki sentuhan personal. Namun perlawanan yang cukup keras justru datang dari putri keduanya, Louisa, dimulai saat berumur tiga tahun dan puncaknya saat berumur 13 tahun. Perlawanan yang dilakukan Louisa diluar dugaannya mengingat salah satu aturan ‘ibu china’ dalam membesarkan anaknya adalah anak harus patuh dan hormat pada orang tua, apapun yang terjadi. Diceritakan, Louisa mengalami hari-hari berat penuh tekanan demi menuruti semua peraturan ibunya. Louisa menjelma menjadi anak yang resah, tidak bahagia, mudah marah dan melawan orangtuanya. Sehingga akhirnya Amy dan Louisa mencapai titik puncak perselisihan dan Amy kalah dan menyerah. Louisa akhirnya meninggalkan les Biola dan mengambil les Tenis yang lebih ia sukai.

Buku ini ditulis dengan bahasa mengalir dan ringan. Dengan tuturan yang blak-blakan namun cerdas bahkan kadang jenaka yang membuat pembaca enggan mengambil jeda untuk berhenti. Selain akhir dari kisah keluarga ini membuat penasaran.

Cara yang dilakukan Amy Chua dalam membesarkan dan mendidik anaknya sangat mungkin tidak cocok di terapkan pada keluarga lain tapi dari caranya kita bisa belajar mengenai seberapa besar ketekunan, kerja keras, disiplin dan pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.

Amy Chua lahir dari keluarga imigran China terpelajar, ayahnya seorang akademisi. Amy Chua menamatkan kuliah hukumnya di Harvard dan menjadi profesor di Yale Law School. Menikah dengan seorang Yahudi Amerika yang juga profesor di Yale Law School.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...