Judul : Ayah
Karya : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2015
Jumlah hal : 396 Hal.
REVIEW :
Novel berjudul Ayah dari Andrea Hirata ini membuat saya super excited. Karena namanya sendiri merupakan jaminan dari karya sastranya yang selalu mampu memanjakan mata dan fikiran, butuh waktu lama untuk 'move on' setiap kali selesai membaca Novel2nya Tetralogi ( Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov) dan Dwilogi (Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas) seolah kesenangan dari penghayatan setiap kisah yang di tulisnya tidak mau buru-buru lepas dari ingatan.
ISI :
Cinta adalah mahkota puisi
Musim adalah giwang puisi
Hujan adalah kalung puisi
Bulan adalah gelang puisi
Cincin adalah perhiasan
Musim adalah giwang puisi
Hujan adalah kalung puisi
Bulan adalah gelang puisi
Cincin adalah perhiasan
Puisi berjudul 'Adalah' itu merupakan karya Sabari, seorang remaja yang mabuk kepayang cintanya kepada Sang Purnama dua belas, Marlena.
Gadis manis berlesung pipi sedalam sumur itu telah menjerembabkan Hati Sabari ke dalam palung perasaan yang paling dalam dan menenggelamkan selama-lamanya di sana.
Dimana cinta Sabari yang luar biasa, boleh di katakan gila, terus menerus konsisten melampaui akal sehat bahkan membuat segala syarat dan kondisi cinta terpatahkan.
Kemudian Zorro datang, sosok anak kecil yang menjadikan cinta Sabari makin berlipat-lipat ganda, segala sendi-sendi pengharapan akan balasan Cinta Marlena yang tak kunjung datang di balas tunai oleh cinta baru yang memanggilnya dengan sebutan, Ayah.
Dimana cinta Sabari yang luar biasa, boleh di katakan gila, terus menerus konsisten melampaui akal sehat bahkan membuat segala syarat dan kondisi cinta terpatahkan.
Kemudian Zorro datang, sosok anak kecil yang menjadikan cinta Sabari makin berlipat-lipat ganda, segala sendi-sendi pengharapan akan balasan Cinta Marlena yang tak kunjung datang di balas tunai oleh cinta baru yang memanggilnya dengan sebutan, Ayah.
Saya masih seperti biasa menikmati dengan antusias tulisan Bang Andrea, walaupun di awal-awal bab, bagi saya tulisannya seperti masih mencari 'track yang tepat' tapi lama-kelamaan saya sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain ikut tenggelam dalam cinta gila-nya Sabari. Selepas menutup buku ini saya pun mengambil kesimpulan, bahwa di kaki langit ini di suatu tempat, cinta yang tanpa syarat akan selalu ada,tapi bisa jadi hanya Cinta seorang ayah kepada anaknya yang lestari sepanjang zaman.
Sayangnya, tidak semua laki-laki mampu menanggung cinta yang sedemikian besarnya, menjadi ayah yang sejati.
Reviewed by CF
Nov 13, 2015.
Nov 13, 2015.