Saya tidak menyangka akan membaca puisi lagi, meski untuk melatih seorang anak yang duduk dibangku SD. Hampir 17 tahun berlalu semenjak saya terakhir kali meletakkan kertas tentang puisi. saya telah lama mengucapkan selamat tinggal pada lembaran kata-kata bersayap itu, namun kini jalan hidup mempertemukan kami kembali.
Lama saya mempertanyakan untuk apa saya menghabiskan seluruh masa pendidikan saya untuk membaca puisi, sejak kecil hingga saya besar, berpindah dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya, nafas persaingan yang semakin erat bahkan pernah membuat saya kelelahan kehabisan nafas.
Saya pernah berambisi habis-habisan untuk memenangkan setiap panggung, saya juga pernah kalah karena kesombongan berada diatas angin. Saya pernah cinta dan gila pada puisi, saya pernah benci ketika orang meminta saya membaca ulang puisi-puisi yang sudah berlalu.
Tapi, 17 tahun sudah, ketika saya menyentuh kembali naskah puisi yang disodorkan dan membacanya perlahan, kenangan itu datang berjatuhan, saya gemetar merinding dan terpaku sendirian.
Puisi adalah salah satu bagian dalam diri yang terus mengingatkan saya untuk rendah hati ketika kesombongan meraja, yang tidak membiarkan tangis terlalu tersedu atau tawa yang terlalu tergelak. yang terus membuat saya sederhana.
Lama saya mempertanyakan untuk apa saya menghabiskan seluruh masa pendidikan saya untuk membaca puisi, sejak kecil hingga saya besar, berpindah dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya, nafas persaingan yang semakin erat bahkan pernah membuat saya kelelahan kehabisan nafas.
Saya pernah berambisi habis-habisan untuk memenangkan setiap panggung, saya juga pernah kalah karena kesombongan berada diatas angin. Saya pernah cinta dan gila pada puisi, saya pernah benci ketika orang meminta saya membaca ulang puisi-puisi yang sudah berlalu.
Tapi, 17 tahun sudah, ketika saya menyentuh kembali naskah puisi yang disodorkan dan membacanya perlahan, kenangan itu datang berjatuhan, saya gemetar merinding dan terpaku sendirian.
Puisi adalah salah satu bagian dalam diri yang terus mengingatkan saya untuk rendah hati ketika kesombongan meraja, yang tidak membiarkan tangis terlalu tersedu atau tawa yang terlalu tergelak. yang terus membuat saya sederhana.
Ada kisah lainnya mengapa kini puisi punya arti yang lebih bermakna daripada yang pernah saya kenal sebelumnya.