Semalam aku baru saja menyelesaikan tontonan drama di tengah peliknya kehidupan ini *grin.
Dua drama ini begitu istimewa karena mengendap di dalam kepalaku dan butuh di 'keluarkan' supaya aku bisa melanjutkan hidup aka move on. Kesamaan dari dua judul drama di atas adalah keduanya mengisahkan tokoh utama yang berkebutuhan khusus dan menekuni karirnya yang luar biasa *wait for it.. sebagai Dokter dan Pengacara.
Good Doctor ini ternyata sudah tayang lama sejak Oktober 2013, aku menonton ulang di Netflix saat sedang menonton Extraordinary Attorney Woo di Agustus 2022. Ada perasaan aneh yang menghinggapiku saat menonton drama ini, sebagai seorang Ibu, sebagai seorang pribadi hingga sebagai pengelola sebuah lembaga pendidikan.
dr Park Shi On adalah seorang dokter bedah anak dengan diagnosa autis syndrom savant, sementara Attorney Woo young Woo adalah seorang autis spectrum disorder, keduanya sama-sama jenius, namun memiliki kendala komunikasi, sosialisasi dan perilaku. Mereka menggambarkan diri sebagai; berbeda, ganjil dan tak umum.
Keduanya berjuang keras untuk hidup selaras dengan orang di sekitarnya apalagi dengan profesi prestige yang umumnya hanya di capai oleh orang-orang 'normal'. Bahkan Young woo menggambarkan dirinya sebagai paus Narwhal yang bergabung dengan paus lain dan hidup bersama. Hanya ada sangat sedikit orang yang menerima mereka di kali pertama, sisanya menyepelekan, menghina bahkan mencoba menyingkirkan mereka.
Kesulitan mengekspresikan perasaan-perasaan itu justru lebih sakit disaksikan, saat mereka hanya diam dan menghadapi kerasnya dunia. Namun begitu selalu ada orang baik yang siap menerima mereka apa adanya, cinta yang mungkin bisa mereka dapatkan berupa cinta yang paling tulus karena menggugurkan syarat dan standar dunia pada umumnya, untuk menerima sebuah kekurangan besar yang dianggap mencolok di masyarakat.
Menariknya, dalam drama ini mereka juga di gambarkan sebagai manusia yang memiliki perasaan tertarik pada lawan jenis, yang memungkinkan mereka untuk hidup berdampingan dan memiliki keluarga yang akan mendukung langkah-langkah mereka. Tidak terbayang betapa beratnya beban mental yang ditanggung oleh ibu dr. park shi on dan Ayah Young Woo, sehingga cita-cita mereka hanyalah; "Bisa meninggal dengan tenang" dengan melihat anak-anak mereka bisa hidup secara mandiri.
Pengalamanku dengan dua kehamilan dengan diganosa khusus membuatku sempat takut mendapatkan anak berkebutuhan khusus, bahkan suamiku pernah bertanya apakah aku bisa menyayangi anakku apabila dalam dirinya ada kekurangan? Anak lelakiku Lintang memang tidak bertahan di dunia ini karena kondisinya, namun adiknya lahir dan tumbuh dengan baik, yang tak pernah berhenti aku syukuri.
Anak-anak di Tk-pun beberapa ada yang mengalami kebutuhan khusus, mereka memang berbeda tapi aku terus mencoba supaya mereka mendapatkan hak yang sama seperti anak lainnya, hak diterima, di cintai apa adanya, hak melatihkan kewajibannya agar mereka bisa hidup dengan mandiri kelak.
Saat ini di usiaku yang sudah matang, aku telah menjelma menjadi wanita dewasa. Seorang ibu yang mengasuh. Aku sedang mencoba program kehamilan yang ketiga. Aku tidak mengatakan aku siap, aku hanya berusaha mengatasi blindspotku tentang hakikat seorang anak apapun keadaan mereka. Tentu doa yang menjulang ke langit adalah anak yang sehat secara raga dan jiwa. Tapi apa yang terjadi, terjadilah. Aku tidak mempertaruhkan diriku hanya karena sebuah kisah komersil dari sebuah drama. Keberhasilan anak-anak berkebutuhan khusus mungkin hanya satu atau dua bagai puncak piramida, dibawahnya, jauh lebih banyak anak-anak yang hidupnya bergantung penuh pada orangtuanya. Tugasku sekarang memberikan hak anakku, seorang ibu yang sehat dan bahagia bahkan sebelum ruhnya ditiupkan ke dalam rahimku.
Untuk dr Park Shi On dan Pengacara Young Woo sosok imajiner yang tinggal di dunia imajinasi sana, Hidup kalian memang tidak mudah tapi kalian 'menghidupi'nya. Tidak semua manusia melakukannya. Terimakasih untuk sosok kalian yang tidak sempurna namun mengajarkan kesempurnaan dalam menerima.