Teruslah beriman

By Cicits - October 04, 2024





Sebagai bagian dari kontemplasi alam ini, setitik debu di kosmik, untuk sebuah makhluk bernama manusia, engkau begitu rumit untuk dipahami.

Engkau lahir di kegelapan malam, sebagai seorang anak perempuan yang telah lama di nanti. Tangismu mungkin pecah malam itu, merobek selembar keheningan yang telah susah dirajut oleh gulita, aku yakin engkau pasti di sambut dengan gempita. Engkau pasti dicium dengan mesra.Engkau di gendong dengan penuh kehangatan. Tangisanmu pastilah beragam perasaan yang memang tak bisa kau lisankan, dunia yang baru, yang sangat berbeda, tangismu mungkin tak terus belanjut atau lirih menghilang karena kau ada dalam dekapan Ibumu. Malaikat pertama yang meraihmu dan mengamankanmu di atas dunia ini.

Kau terus tumbuh dan tumbuh, dan mungkin tadinya kau merasa dunia akan selalu sama seperti yang kau rasakan pada awalnya, tapi satu persatu tantangan datang, kau mulai mencicipi rasanya tapi kau tak punya hak menuntut apapun selain menyesuaikan diri, menyesuaikan diri dan menyesuaikan diri. Dari seorang bayi yang tak berdaya, menjelma menjadi kanak-kanak, remaja, dewasa muda dan kini diusiamu yang menjelang  40 tahun, kau masih terus menyesuaikan diri.

Dan mungkin saat ini, penyesuaian ini yang paling tidak nyaman kau rasakan. Kau sedang berusaha menemukan dirimu sendiri, setelah kau berusaha menemukan dirimu dan apa yang kau impikan, ada pada oranglain. sama seperti dirimu sendiri, oranglain juga lebih mencintai diri mereka ketimbang orang diluarnya. kita terus menerus memproyeksikan jalan pikiran kita pada oranglain, terus menerus meminta oranglain untuk mencintai kita dengan cara yang kita mau, atau merasa telah memberikan yang terbaik hanya karena kita merasa telah melakukan segalanya.

Aku berharap bahwa kau sungguh-sungguh mengatakan dari hati bahwa kau tak meminta oranglain untuk bertanggungjawab atas perasaanmu. Bahwa siapapun yang ada disekitarmu tidak bertanggungjawab atas perasaanmu. Mereka mungkin menjadi stimulus tapi tidak pernah benar-benar menjadi penyebab.

Aku tahu kini engkau sangat menderita, malam-malam yang menyesakkan dada. Penuh mimpi-mimpi yang mencekik nafasmu. Lagu penderitaan yang diulang berputar-putar begitu lama. Perasaan tak berharga, perasaan ditinggalkan, ditelantarkan, perasaan sakit, kesedihan yang begitu memilukan, sampai engkau tak ingin lagi menghadapi kehidupan. Engkau begitu patah dan kau tahu tak ada sesiapapun untuk kau mintakan bantuan. Kau begitu kesepian, kesakitan dan berjuang sekuat tenaga untuk tetap berpikiran waras, untuk tak gelap mata. Karena kau selalu mampu menyesuaikan diri, dan pada akhirnyapun kau akan menyesuaikan dirimu kembali.

Dari setitik debu kosmik di alam semesta ini, dari segala ketidakabadian, dari segala perubahan yang terus menerus terjadi, aku ingin mengatakan, betapa, betapa, betapa engkau sangat berharga. Bolehkah kubawa engkau sejenak melihat apa yang telah engkau kerjakan dalam setengah kehidupan yang telah kau jalani. Mungkin saat ini kau lelah dan kehabisan baterai semangatmu. Tapi sejenak mari lihatlah ke belakang, Kau tumbuh menjadi orang yang sangat baik, sayangku. Yang kebaikanmu bukan hanya untuk kesejahteraanmu sendiri, kau telah sangat lama menapaki jalan kebebasan melampaui dirimu. Masihkah ingat saat kau menyemangati temanmu yang malu di sekolah? menemani mereka yang terbelakang, merangkul semua, berbagi ilmu lewat komunitas, berkontribusi dalam dunia pendidikan, ingin mengambil bagian membantu suami dan diatas segalanya kamu menulis ulang pengasuhan anakmu dengan jalan yang lebih bijaksana. Sebagai manusia, kau pernah melakukan kesalahan, engkau menyesalinya dan menebusnya. 

Engkau begitu berharga, diriku. Teruslah beriman. Kita telah berdoa, hati kita selalu penuh harapan. Jangan lagi gentar meski hidup kadang menakutkan. Seperti saat ini, saat-saat menakutkan ini, saat doa
kita terus menerus patah dan harapan terus terbang seirngan bulu, langit gelap keputusasaan menyelimuti dan tak ada kata-kata yang bisa terucap, meski rasanya lebih mudah untuk menyerah teruslah beriman, teruslah beriman, karena dalam iman itulah suara lirih terus mengatakan bahwa pertolongan Allah sangat dekat, sangat dekat.

Dari setitik debu kosmik di alam semesta, menjadi manusia yang berpikir dan kelak kembali menjadi debu, berpikirlah terus dalam Iman, jiwaku yang berharga.



  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...