AH: BAB 1 Dahsyatnya kekuatan Atomic habits

By Cicits - April 10, 2022

 

AH: BAB 1

Dahsyatnya kekuatan atomic habits



Penulis membuka halaman ini dengan membagikan kisah luar biasa dari seorang Direktor Performa balap sepeda bernama Brailsford. Bukan main memang Brailsford itu! Tahun 2003 dia datang untuk melatih tim British Cycling, kondisi cabang olahraga sepeda professional di britania raya yang bernasib mengenaskan. Diceritakan total hampir 110 tahun inggris prestasinya hanya sedang-sedang saja, bahkan  tidak pernah memenangkan sekalipun kompetisi di ajang sepeda bergengsi, Tour De France. Namun lima tahun kemudian, Brailsford dapat membawa timnya Berjaya di segala ajang kompetisi sepeda, bahkan akhirnya memenangkan Tour De France selama beberapa tahun berturut-turut.

Apa yang membuat Brailsford begitu berbeda? Brailsford menyebutnya “Penghimpunan perolehan kecil”. Alih-alih meningkatkan fasilitas sekaligus atau mencari atlit berbakat dan menyingkirkan yang tidak berguna (yang tentunya akan memakan biaya yang besar dalam satu tindakan) Brailsford berfokus pada perubahan kecil, perubahan 1%, segala yang terkait dengan balap sepeda tidak luput dalam bahan pertimbangannya, ketika diterapkan bersama-sama hal-hal yang kecil itu, kenaikan yang signifikan akan terjadi, dan dalam kasus ini, Brailsford memang benar-benar berhasil.

Dilakukan berbagai penyesuaian dan ekfektifitas, dari sekedar meningkatkan kualitas istirahat yang maksimal dengan mengechek kondisi tempat tidur, mendesain ulang jok sepeda, meningkatkan daya cengkram rem, menjaga suhu otot, menganalisa efektifitas jel pijat, mengajari mencuci tangan yang benar agar tidak mudah terserang flu sampai menjaga performa sepeda dalam ruang penyimpanan yang  minim debu dengan mengubah catnya. Benar-benar gila!

Aku lantas berpikir, ternyata kita sering gagal karena kita mengabaikan hal-hal yang kecil, penunjang kehidupan kita, kita pikir semua orang tahu caranya hidup, karena kita semua memang hidup. Tapi antara satu manusia dengan manusia lain punya cara pandang dan cara menjalani hidup yang berbeda-beda, sesuatu yang dianggap penting dan prinsip belum tentu menjadi penting bagi kelompok yang lain. Tapi, Brailsford mampu melihat ini, dia melihat bahwa performa satu kelompok yang memiliki tujuan penting harus di standardkan. Dia tidak mengganti orangnya, dia mengganti kebiasaannya.

MENGAPA PERUBAHAN KECIL MENGHASILKAN PERBEDAAN BESAR

Kita memang perlu tahu lebih dahulu mengenai hal-ikhwal tentang mengapa membangun kebiasaan kecil itu penting. Saat kita melihat karya orang lain, kita berpikir itu hal yang mudah untuk dilakukan, tinggal melakukan hal yang sama saja sepertinya dalam langkah besar-besaran, tapi seringnya kita menjadi tak sabaran dan bergumam; “ini tak mudah, bagaimana dia bisa melakukannya?” kita sontak merasa terbebani dan enggan melanjutkan kemenangan yang tidak jelas kapan datangnya itu.

Menurunkan berat badan, menulis buku, membaca buku dan menarasikannya, melatih kebiasaan baik pada diri sendiri dan anak, memenangkan pertandingan atau sasaran lainnya, itu sulit. Disinilah penulis hendak menegaskan kembali mengenai perbaikan 1%nya, ini jauh lebih baik daripada upaya massive yang dilakukan dengan sembrono. Menyalakan kobaran api besar justru membutuhkan energi, menyalakan satu lilin setiap hari rasanya tidak sulit dan tidak terasa upayanya. Penulis ingin membawa kita melihat jauh ke depan, dalam segi keilmuan matematika, jika perbaikan 1% yang dilakukan setiap hari akan membawa perbaikan 37% dalam satu tahun, maka ini adalah angka yang besar. Jumlah yang menjanjikan.

Kebiasaan itu seperti bunga majemuk, kata penulis. Dia akan melipatgandakan efeknya jika kebiasaan itu terus menerus di ulang, mau kebiasaan baik atau kebiasaan buruk, mungkin ini adalah hukum alamnya ya. Masalahnya kita seringkali tidak bisa melihat efeknya secara instant, ganjarannya tidak otomatis, dia berproses dan mengakumulasi. Ini yang mengecoh, terutama pada sesuatu yang sifatnya abstrak atau sulit kita amati langsung. Tanpa kita sadari, sesuatu terus berproses dari keputusan yang diwujdukan dalam tindakan yang kita ambil dalam keseharian. Karena itu, kita mudah kembali ke mode lama, kebiasaan yang sudah mengakar yang sayangnya justru berbasis rasa instant.

Makanan yang tidak sehat memang tidak langsung menggemukan tubuh dalam sekali telan, malas berolahraga tidak langsung membuat tubuh ambruk atau rontok, pekerjaan yang ditunda kali ini tidak akan langsung berbuah kegagalan, tapi jika ini dilakukan setiap hari selama tahunan, proses bunga majemuk berlaku, kita mendapatkan racun.

Penulispun menceritakan satu fakta menarik mengenai pesawat terbang, jika ia berpindah dari jalurnya meski hanya bergeser 3,5 derajat, maka pesawat itu akan mendarat di kota yang bukan tujuan awalnya. Begitu juga perubahan kita dalam kebiasaan akan membawa kita menuju sasaran yang berbeda. Tak penting seberapa sukses atau seberapa gagal titik permulaan kita, yang penting apakah kebiasaan-kebiasaan kita menempatkan kita pada jalur menuju sasaran kesuksesan atau kegagalan?

Membuat pilihan 1% lebih baik, itu baik, daripada membuat pilihan 1% lebih buruk, membuat pilihan ini dalam keseharian kesannya biasa saja, tak bermakna, tapi dalam rentang waktu panjang, ini akan menentukan siapa kita, menjadi ukuran kebiasaan apa yang sudah kita ambil dan putuskan. Orang-orang yang cermat dalam pengamatannya akan mudah menemukan kebiasaan apa yang kita ambil.

Saat kita gendut dan sakit-sakitan itu adalah ukuran dari kebiasaan mengabaikan pola hidup sehat, sedikit atau banyaknya kekayaan adalah ukuran dari kebiasaan keputusan finansial, Pengetahuan juga merupakan ukuran kebiasaan belajar yang kita lakukan. Kebiasaan, sesuatu yang kita ulangi, memberikan kita sesuatu. Tidak penting apakah kebiasaan hari ini sudah menghasilkan atau belum yang terpenting adalah peduli pada tujuan, dan kepedulian itu menjadi pengingat untuk tetap setia mengambil keputusan perbaikan 1% terus menerus sampai kita bisa melihat bahwa tujuan telah tercapai.

Aku teringat pada perkataan Imam Syafi’i yang dikutip kembali oleh James Clear dibuku ini, Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya, maka ia akan menebasmu. Dan jiwamu, jika tidak kau sibukkan dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan”. Waktu memperbesar selisih kesuksesan dan kegagalan, dia akan melipatgandakan apapun input yang kita berikan, kebiasaan baik menjadikan waktu sebagai sahabat, kebiasaan buruk menjadikan waktu sebagai musuh.

Sebilah pedang tajam itulah kebiasaan, dia tajam di dua sisinya, kebiasaan baik akan menempamu, dan kebiasaan buruk akan menebasmu, dan waktu yang digunakan untuk mengayunkan pedang itu bersiap melipatgandakan dampak sisi manapun yang digunakan, Sekarang ada sebilah pedang ditanganmu, kau akan melakukan apa?

SEPERTI APA KEMAJUAN ITU SESUNGGUHNYA

Penulis mengibaratkan proses perubahan batu es menjadi cair, it takes time, Dia memakan waktu, ketika suhu berubah naik sedikit demi sedikit, memang kelihatan tidak ada yang terjadi tapi pada satu titik, tadaa! Perubahan! Sama halnya seperti kanker yang disebut sebagai silent killer, dia tidak disadari keberadaannya sampai dia menguasai tubuh hampir 80% (hampir dikatakan invasinya sudah terlalu besar untuk dikalahkan)  

Peristiwa besar terjadi. Tapi itu bukan tiba-tiba. Sebuah terobosan besar terjadi karena telah terhimpun aksi-aksi kecil yang meningkatkan ketegangan itu. Begitu juga kebiasaan, setelah dia melewati  ambang batas kritis dan mampu membuka kenop pintu performance baru, sebuah tindakan laten yang baru, lahir.

Aku sendiri sering kalah dalam proses pembentukkan kebiasaan karena tak sabar, karena terlihat menjalani kebiasaan baru dan tidak menjalaninya pun, sama saja. Sehingga berkali-kali akhirnya kembali kepada kebiasaan lama. Penulis seolah menasehatiku; “itu sebab kau belum sampai ke dataran potensi laten, Ci!” memang untuk sampai ke dataran potensi latenpun butuh iman yang tinggi, percaya bahwa setiap tindakan tidak sia-sia, dan memang tidak, dia sedang dihimpun, di tabung dan hasilnya hanya ditunda bukan tiada. Aku harus mengingat point ini dalam kepalaku dengan sungguh-sungguh dan bersiap sedia jika dorongan menyerah itu datang. Jangan kembali lagi ke Nol, ini bukan isi ulang pertamina :D

Ketidaksabaran menurutku, bukan hanya sifatku saja, tidak sabar itu realita dunia, klasik, common, manusiawi. Bahkan sekelas tim sukses NBA, San Antonio Spurs, mereka terus menerus diingatkan untuk sabar. Peringatan itu tergantung di ruang ganti mereka, kusalin disini agar aku bisa terus mengingatnya;

Ketika apapun terkesan tak ada gunanya, saya sengaja pergi menyaksikan tukang batu mengayunkan martil ke sebongkah batu cadas, mungkin sampai seratus kali, tanpa menghasilkan satu retakanpun pada cadas itu. Namun, pada hantaman yang ke seratus satu kali, cadas itu terbelah dua, dan saya tahu bukan hantaman terakhir yang menyebabkannya __ melainkan semua hantaman yang dilakukan sebelumnya” [Jacob Riis]

 

LUPAKAN SASARAN BERFOKUSLAH PADA SISTEM

Dibagian sebelumnya kita sebagai pembaca diminta untuk tidak berfokus pada hasil, tapi mengingat sasaran atau arah tujuan, setelah kita dicerahkan mengenai bagaimana proses kemajuan dari kebiasaan  itu terjadi, kita diminta untuk melupakan sasaran dan mulai membangun fokus pada sistem.

Bagian ini menurutku sangat masuk akal, tentu karena mungkin kita semua sudah pernah masuk dalam jebakan berfokus pada tujuan. Ini sama seperti ungkapan Seize the Day! Live your life to the fullest, to the max!  bahkan ini mengingatkanku pada sebuah hadist nabi yang mengatakan; “Bekerjalah seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah-olah engkau akan mati besok” , tidak perlu memanjangkan angan-angan walau berharap itu tidak berdosa.

Dalam mengatur keseharian, kita butuh sistem. Cara-cara atau Langkah yang gamblang untuk mengantarkan kita pada hasil yang kita sasar. Masalah-masalah klasik akan muncul ketika kita hanya berpokus pada sasaran.

Yang pertama, apakah perbedaan pemenang dan pecundang? Hasil. Mereka menginginkan hasil yang sama, tapi apa yang berbeda? Cara atau sistemnya.

Yang kedua, meraih sasaran hanya akan berlangsung sesaat. Tanpa usaha harian, untuk menjaga hasil itu, sasaran akan berlangsung sebentar. Dengan segera, efek yoyo akan mengembalikan kita ke posisi semula. Perbaikan tidak terjadi, hasil perbaikan itu hanya efek sementara dari keputusan impulsive.

Yang ketiga, hasil yang jauh disana tidak membuat kita menikmati hari ini, seolah-olah rutinitas harian menjadi siksaan dan beban. “Aku akan Bahagia kalau tubuhku langsing sehat” misalnya :D, ini akan menyingkirkan kebahagiaan hari ini dengan bentuk tubuhku saat ini, bisa jadi aku terus membenci diriku yang sekarang, tidak PD dan insecure. Ini menyesatkan dan berbahaya bagi Kesehatan mental manusia. Aku merefleksikan diriku tentang hal ini, apakah aku masih mengurung diriku dalam versi kebahagiaan seperti ini? Kurasa pernah, tapi syukurlah sekarang tidak. Aku merasa bersyukur dan cukup dengan apa yang ku dapati ada padaku saat ini, aku mencintai proses dalam keseharianku, tanpa berpanjang angan-angan pada hasil atau target yang kuharapkan. Ah iya, aku pernah ditanya oleh salah satu sahabatku, “apa target yang ingin kau capai sampai kau belajar sebegitunya?” aku menjawab, karena aku senang belajar dan ingin membentuk kebiasaan baik, itu saja. Aku tidak bercita-cita menjadi seorang trainer atau seorang perempuan sukses, aku tidak lagi membayangkan benefit yang akan datang padaku, selain kepuasan hari ini karena aku memutuskan untuk melakukan yang terbaik dari hari-hariku. Bisakah aku dikatakan orang yang sudah melupakan sasaran? :D

Btw, aku teringat lagi dengan perkataan Rasulullah; “Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa atasmu adalah dua hal, yaitu Panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu”, seolah James Clear mengamini dan mengingatkan lagi dengan Bahasanya sendiri; Lupakan sasaran, jangan impulsive.

Yang keempat, masalah klasik dari berpokus pada sasaran adalah kontra dengan kemajuan jangka Panjang. Mungkin ini buku ketiga yang kulabeli sebagai buku syar’i hehehe… karena nilai-nilai islaminya begitu terasa, atau karena mungkin ini adalah nilai-nilai kebenaran yang universal? Disini seolah kita diingatkan kembali untuk hidup dengan benar. Melakukan cara hidup yang bermakna di setiap hari. Berapa banyak manusia yang bahkan tidak tahu cara hidup dengan benar? Sehingga butuh reformasi gila-gilaan untuk membuat perbaikan? Aku jadi teringat buku Emotional Education yang kubaca di bagian pertama tentang Edukasi, kita tidak mempelajari keterampilan mengatur emosi, emosi dalam diri kita ada namun diabaikan. Sama seperti silent killer, emosi juga bisa memporakporandakan kebiasaan hidup seseorang, tapi untunglah dititik manapun kita memulai, kata James Clear, kita selalu punya kesempatan untuk memperbaiki hari-hari kita. Lupakan tujuan. Setiap hari adalah tujuan kita, 1% ini.

SISTEM YANG DISEBUT ATOMIC HABITS

Yah, mungkin langsung saja kusimpulkan, sistem ini adalah cara untuk membuat kebiasaan kecil, kebiasaan atom itu, kebiasaan 1% itu. Cara untuk praktik rutin, kecil, mudah dilaksanakan. Perbaiki sistemnya, dapatkan kebiasaan barunya. Kurasa begitu.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...