K-Drama; Twinkling Watermelon

By Cicits - December 15, 2023



Aku baru saja selesai menonton K-drama marathon yang berjudul Twinkling Watermelon. Drama ini begitu hangat, menyembuhkan dan menginspirasi. 
Awalnya aku tidak benar-benar ingin menonton K-drama mengingat aku punya banyak pekerjaan di akhir tahun 2023 ini. Tapi begitu banyak review bersliweran dan aku menantang diriku (atau jatuh ke dalam entropi? :D) untuk ikut mencari tahu keseruan apa yang bisa aku dapatkan dari sana. Dan wah, luar biasa setidaknya kisah mereka sangat relevan dengan hidup yang ku jalani saat ini.

Aku berusia 38 Tahun saat ini dan harus ku katakan aku masih sering merasa tersesat dalam pikiranku. Semua perjalanan yang kulewati sampai hari ini membentuk diriku, membentuk hidupku. Aku terus dituntut batinku untuk melakukan hal yang benar dan aku merutuk jika aku jatuh ke dalam entropi, saat membaca buku Ajahn Brahmn untuk bersikap welas asih pada diri sendiri termasuk saat aku mengacau kemana-kemana, pintu hatiku selalu terbuka. Saat aku memutuskan untuk menonton drama korea yang rasanya seperti salah sekali, aku memutuskan untuk bersikap welas asih dan aku menemukan mutiara itu, pantikan api yang krasa memercik kembali di dalam relung hatiku. Menyalakan ruang gelap yang pintunya telah ku tutup sebagai bagian masa lalu. aku telah menempuh perjalanan panjang untuk menyembuhkan diri tapi kali ini, aku telah sembuh sekaligus terharu pada apa yang telah kulewati.

Masa mudaku yang bersinar terang, yang berkelip-kelip diantara semua fase usia, masa di mana aku tidak mengenal takut, keberanian yang membakarku. Dari panggung ke panggung kehidupan aku telah mementaskan pertunjukkan yang luar biasa, aku berlari sambil berteriak, terus berlari sambil bersyukur, jantung yang berdebar, malam-malam yang tak pernah lelah, kekhawatiran yang habis dalam semalam, aku tidak pernah berhenti, meski betul aku menangis dan sekali dua kali terbenam dalam kepedihan, aku terus berjalan, berlari, berlari dan melesat.

Tawa untuk candaan konyol dan jokes yang norak tapi bisa membuat tawa terbahak-bahak. Rencana-rencana gila seolah kita bisa menaklukan dunia. Perjalanan yang menantang dan mendebarkan, batas-batas yang coba kita langgar. Teriakan-teriakan kita saat frustasi menghadapi dunia. Dari kawan nongkrong di pinggir lapangan, kawan duduk di pinggir kali, kawan di sebelah kursi kantor, kawan satu meja di kampus, kawan duduk di sofa sambil mempercantik rambut, hingga akhirnya kawan hidupku. Aku tidak pernah sendirian. Sang maestro tidak membiarkanku sendirian.

Dari drama ini juga aku bisa membayangkan bagaimana ibu dan bapakku yang masih muda dulu. Seandainya aku dizinkan masuk ke dalam dunia alter lain, aku akan menemui ibuku si gadis muda belia yang cantik. Mungkin dia manja, rewel dan keras kepala. Tapi aku akan mengatakan kepadanya bagaimana tangguhnya dia menghadapi kehidupan dan dia berhasil membesarkan anak-anaknya dengan baik meskipun Ibu dan aku akan menghadapi hari-hari penuh pertengkaran sengit, aku akan tetap menghormatimu pada akhirnya.
Pada bapakku, akan aku katakan padanya bahwa semua bukan salahmu, kebingunganmu menghadapi dunia ini, dan ketersesatanmu mungkin hasil dari variabel semesta, aku tentu berharap akan ada titik dimana Bapak berada dalam kesadaran yang akan membawa kebahagiaan bagimu. Bapak menebus waktu dengan baik. 

20 tahun telah berlalu dari puncak masa remajaku, dari seorang anak yang tiada ampun jadi orang dewasa yang menerima realita. Cici rebelious pasti sangat bangga padaku. Mungkin Cici remaja adalah seseorang seperti Ha Eun Gyeol yang mengkhawatirkan masa depan Ha Yi Chan, mencoba merubah spektrum takdir, yang menangis tersedu-sedu saat Ha Yi Chan berbuat gila dan tak terprediksi, tapi juga ikut bangga saat Ha Yi Chan melakukan sesuatu yang benar. Mungkin Cici remaja juga ada pada sosok Yoon Chung Ah, yang sering terpenjara dalam kebisuan, disekap kegelapan dalam permainan petak umpet yang saat itu, rasanya, tak berujung. Cici remaja juga ada pada diri Choi Se Gyong, yang terus menerus membuktikan diri sampai limit, agar bisa diterima, agar merasa di cintai yang juga jatuh dalam keputusasasa'an hingga terpikir untuk mengambil jalan ekstrem. 

Tapi dari semua itu, Cici yang terus bertumbuh juga menjadi Ha Yi Chan, Yoon Chung Ah dan Choi Se Gyong dewasa. Menjadi orangtua yang mengusahakan segalanya untuk anaknya, menekuni jalan hidupnya dengan penuh semangat, belajar memulihkan diri, menumbuhkan diri sambil terus mendampingi keluarga. Di titik ini, aku sering merasa lupa, dari mana aku berasal dan jalan apa yang sudah kulewati. Kadang aku merasa ada di titik kejenuhan, entropi yang menekanku terus turun kebawah. Tapi siapa sangka dari entropi itu juga aku bisa menemukan apa yang kurasakan hilang dan aku siap untuk melompat kembali, bukan lompatan yang terlalu tinggi seperti zaman mudaku dulu, tapi lompatan yang stabil, kembali ke daratan yang kini lahannya tengah ku garap.

Kembali ke filmnya, akhir-akhir ini banyak sekali drama yang mengupas tentang Tuna rungu dan bagaimana sudut pandang mereka di ekspos, seperti Ha Eun Gyeol yang lahir sebagai CODA (Children with Deaf Adult) baik mendengar, ataupun terisolasi dalam kesunyian, sesungguhnya jembatan selalu bisa dibangun, dunia selalu terbuka untuk siapa saja. Terimakasih penulis drama Twinkling Watermelon, engkau menulis dengan hati. 



  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...