Komunikasi anak

By Cicits - March 16, 2015

Intro :

16.03.15

Hy mommies,

Maapkan artikel yang telat di share.
Jangan bosan yah.. masih dr Ibu Elly Risman yah..

Semoga menginspirasi!

-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.

---------------------------

SOURCE : https://fc4pentingers.wordpress.com/2015/02/24/komunikasi-dengan-anak/

Narsum : Bunda Elly Risman, Irfan Hakim dan Istri.

Acara : Basa-basi di TransTV (18/02/2015)

Host : Cici Panda dan Wendi

Tema : Komunikasi dengan anak

Cerita pengalaman:

Irfan Hakim

Ayah dg 4 anak yg meluangkan waktu sesekali untuk quality time dg anak hanya berduaan saja. Di situlah saatnya Irfan untuk berhubungan intim dg anaknya, mendengarkan cerita anaknya, dll. Sejak dalam kandungan diajak komunikasi.

Wendi cagur

Saat anak masih di dalam kandungan sudah diajak ngobrol. Contohnya saat mau lahir, Wendi mengajak bicara anaknya untuk lahir di saat orangtuanya tidak bekerja. Wallahualam bisawab. Kemudian anak kedua sempat jarang diajak berkomunikasi akhirnya ketika USG, posisi sang anak sunsang, kata dokter “jarang diajak berkomunikasi ya?” Lalu wendi mengajak bicara anaknya yg ada di dalam kandungan untuk mengembalikan posisi normal agar tidak sunsang. Akhirnya ketika USG kembali, sang jabang bayi sudah di posisi normal.

Kunci komunikasi dan pendidikan dg anak di bawah usia 7 tahun dengan 3B : Bermain, Bercerita, dan Bernyanyi.

Apakah kita perlu mendidik anak dg rasa takut? Misal selalu mengatakan “jangan ini jangan itu jangaannn!”. Efektif nggak? → efektifnya hanya pada saat itu. Jangan-jangan orangtua yg melakukan itu dulunya juga diperlakukan seperti itu oleh orangtuanya.

Kata kuncinya, pengasuhan itu diturun temurunkan. Kita dipilih oleh Allah menjadi pengasuh anak kita, yg menitipkan anak kepada kita adalah Raja diraja yg punya seluruh bumi, mengapa kita bisa seenaknya dg anak? Jadi persoalannya ada pd anak atau kita?

Permainan:

Anak-anak lakukan apa yg Mama katakan ya. Tangan kiri diangkat pegang kuping. Tangan kanan pegang dagu. Hampir semua salah. Tadi anak-anak dengar Mama bilang apa? Oh jadi Mama yg salah? Mama bilang pegang dagu tapi mama pegang dahi. Tangan kamu ke mana Nak? Kalau mau anaknya berubah yg berubah duluan siapa? Mamanya. Mama beri teladan kepada anak.

Perilaku agresif pertama yg diterima anak drmn? Orangtua kan? Landasan utamanya kita yg dijadikan baby sitter Tuhan, kita dipilih untuk diberi amanah, bisa nggak? Jd orangtua sekolah nggak?

Misal perilaku bunuh diri, dalam diri anak sudah ada perasaan tidak dihargai orangtua, anak butuh orangtuanya bukan materinya saja. Kalau orangtua mengenali anaknya dr kenakalannya ya hanya itu yg diketahui orangtua. Hasil penelitian dalam kurun waktu 30 tahun belakangan, masalah utamanya adalah anak tidak bisa memahami perasaan anak.

Mengasuh anak seperti bagaimana kita menyemai benih. Mau panen yg bagus atau panen yg hampa?

Kontribusi kita dalam mengasuh anak lebih penting bagi negara daripada potongan pajak pendapatan setiap bulannya.

Anak tawuran salah orangtuanya? IYA.

Kalau lihat anak berperilaku negatif jangan langsung menyalahkan anaknya, orangtuanya introspeksi diri dulu. Kelakuan buruk anak tidak semuanya meniru dr orangtuanya. Misalnya kasus tawuran, bapak pergi pulang malam dan ibunya repot, saat anak pulang sekolah ingin menumpahkan perasaannya kepada orangtua tapi orangtuanya nggak ada. Misal orangtua melarang anak untuk tidak lari-lari lama-lama anak lari semakin kencang begitu jatuh orangtua bilang, “tuh kan mama tadi bilang apa? Kemarin abang jatuh kakinya luka nangisnya gak gitu-gitu amat. Besok juga sembuh. Sudah jangan menangis.” Tapi kata anaknya, “darah keluar dr kakiku, kok mama bilang gak sakit? Ini kaki siapa sih?” Perasaan anak tidak diindahkan jadi anak merasa tidak berharga. Orangtua mengajarkan bohong pd anak. Anak bilang, “kenapa saya dilahirkan?” Kesalahan orangtua tidak mau mendengarkan apa kata anak, perasaan anak.

Orangtua harus mau mendengarkan perasaan anak dan menanggapi apa yang dikatakan anak. Jangan ragu memberikan pelukan kepada anak dan membisikkan kata-kata positif pada anak. Misal, “Ayah bangga padamu..”

Oh iya ada lagi,

Misal anak bilang “Ayah tadi si A dan si B pacaran di sekolah. Atau anak bilang tadi aku lihat pocong bla bla bla”

→sebagai orangtua jangan langsung memutus neuron anak dengan bilang JANGAN, BUKAN. Tapi ditanyakan dulu apa sih pacaran? Apa sih pocong? Buat anak merasa nyaman harus bercerita ke orangtua. Jangan sampai anak merasa orangtua sukange-cut omongan anak dan akhirnya anak enggan bercerita kpd orangtua.

Notulis: Megatala FIM 11

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Bedug

Berkali-kali flightku di batalkan karena asap menghalangi jarak pandang pesawat yang hendak take off. Baru sekali ini di antara puluhan kali...