5th question

By Cicits - April 15, 2015

5. WHY? BUT why mommy, WHY, WHY, WHY?
Mengapa? Tapi Mengapa Bu? Mengapa? Kenapa? Kenapaaaa?

Ava yang berumur 4½ tahun, membuat Ibunya frustasi dan kewalahan dengan pertanyaan tiada berujungnya. "Sepertinya Ava tidak perduli dengan jawaban saya, dia terus menerus bertanya lagi dan lagi setiap saya menyuruh atau memintanya melakukan sesuatu. Kadang2 waktu saya menjawab 1 pertanyaan "why" dia sudah bertanya lagi soal yang lain2nya tentang penjelasan saya. Tiada berujung" Keluh Ibu Ava.

Banyak orangtua yang memiliki anak seusia Ava, terganggu dengan pertanyaan "kenapa" yang kadang2 kelihatannya tidak ada artinya. Mereka merasa tidak yakin bagaimana cara mengajarkan anak2 untuk berhenti bertanya atau lebih baik bertanya sesekali saat mereka benar2 merasa tertarik untuk mengetahui sesuatu.

Uncovering the Meaning

"Kenapa" atau "mengapa" adalah pertanyaan penting bagi anak-anak. Kenyataannya, ini adalah bentuk kata pertanyaan pertama yang paling sering balita pelajari.
Kata2nya pendek, mudah di ucapkan dan membuat orang dewasa merasa gembira  untuk merespon karena gemas pada anak2 kecil yang mulai bertanya. Respon menyenangkan ini membuat anak semakin suka bertanya "kenapa?"
Dalam masa awal perkembangan bahasanya, anak2 tidak mengerti bahwa mereka sedang bertanya apalagi memahami respon kita selain fakta bahwa mereka mendapatkan perhatian orangtuanya.

Tetapi, semakin anak2 bertumbuh, pemikiran dan kapasitas berbahasa mereka meningkat, anak2 akan menyadari bahwa pertanyaan "kenapa" akan selalu di ikuti dengan respon berupa jawaban.

Dalam kasus tertentu, anak2 akan serius bertanya "mengapa?" Karena dia betul2 ingin meluruskan kebingungannya atau meminta pemahaman yang lebih baik seperti; kenapa mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang ingin mereka lakukan.
Namun, tetap saja masih ada sisa-sisa keinginan untuk perhatian dari ketika ia masih seorang anak kecil.

Dalam perkembangannya, anak2 akan bertanya "mengapa" tanpa berpikir, hanya untuk melibatkan kita dalam percakapan atau untuk mendapatkan respon, bahkan jika respon orangtuanya tidak sabar dan diperburuk dengan jawaban "Karena kata ibu Begitu, ya begitu!"

Di lain waktu,  pertanyaan "mengapa" adalah hasil dari dirinya yang tidak mendapatkan pemahaman. Ini lebih  merupakan respon kemarahan dari pada rasa ingin tahu yang sebenarnya (karena anak2 mulai berusaha memahami lingkungan dan dunianya, hingga ia kadang kewalahan dalam memproses banyaknya informasi baru)
Daripada berteriak2 atau memukul2, cara yang anak2 tahu tidak pantas di lakukan di muka umum, dia akan mengomel dan merengek "Tapi kenapaaaa????" Meskipun kita memberikqn penjelasan rasional, anak akan terus bertanya dengan cara ini, sampai kita menyerah atau menjadi marah.

The Best Way to Respond

Sama seperti rengekan anak yg lainnya, mudah menyerah pada setiap pertanyaan "mengapa" malah akan memperkuatnya-yang berarti lebih banyak rengekan ke orangtua.

Ajarkan anak2 agar lebih 'berfikir' saat bertanya pada kita, coba untuk memulai tantangan untuk memintanya memikirkan jawaban untuk pertanyaannya sendiri.
Caranya mudah, setiap kali anak bertanya "kenapa?" Jawab dengan "menurut kakak/adek kenapa?" Kemungkinan kita akan terkejut bahwa kebanyakan anak2 mengetahui jawaban yang mereka tanyakan.

Hal ini juga akan membuat :

1. Membuat anak-anak menon-aktifkan pertanyaan outopilot "why"
2. Menunjukkan orangtua dan anak  bahwa dia tahu lebih dari yang orangtua pikir anaknya bisa lakukan.
3. Membuat anak melatih otaknya daripada bergantung kepada orangtuanya untuk memenuhi semua jawabannya.
4. Meningkatkan komunikasi antara orangtua dan anak2, karena jika mereka benar2 tidak tahu, maka bisa di diskusikan bersama sampai anak menemukan jawabannya.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...