Perempuan yang namanya tertulis dalam Al Quran
PARENTING NOTES
Peranmu, Surgamu (Bagian 2)
Resume Materi Peranmu Surgamu
AKU (Akademi Keluarga) Mustawa 1 – Parenting Nabawiyyah & HSMN Depok
Pembicara: Ustzh. Poppy Yuditya
Tanggal: 18 Maret 2015
Melanjutkan catatan resume dari Peranmu, Surgamu (Bagian 1). Pada bagian ini, beberapa hikmah dari perempuan-perempuan yang namanya tertulis di dalam al Quran akan diulas.
1. MARYAM
Maryam ialah satu-satunya perempuan yang namanya tertulis, bahkan diabadikan sebagai nama Surat, di dalam Al Quran karena beliau ialah wanita yang terbebas dari aib dan beliau menjaga kemuliannya dengan banyak berdiam diri di dalam mihrabnya.
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS 3: 37)
Dari Maryam, ada hikmah bagi perempuan yang belum menikah, yaitu menjaga kehormatan diri dan giat mencari ilmu.
2. BALQIS
Balqis ialah seorang pemimpin negeri yang damai dan makmur. Dari Balqis, kita menemukan hikmah bahwa:
Perempuan boleh menjadi pemimpin, jika tidak ada laki-laki yang mampuBersegera taat dan tunduk kepada kebenaran ketika menemukannya.
Dalam QS 27: 44, setelah Balqis menyaksikan mukjizat dari nabi Sulaiman as, maka ia berkata, “Ya Tuhanku sungguh aku telah berbuat dzalim terhadap diriku, aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh Alam”. Maka setelah ia tunduk kepada Allah, ia segera menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Sulaiman. Kisah Balqis sama halnya seperti kisah Khadijah ra. Ketika Khadijah ra menerima kebenaran dari Rasulullaah saw, Khadijah ra menerima kebenaran tersebut dan menyerahkan perniagaannya kepada Rasulullaah saw.
3. DUA PEREMPUAN YANG BERTEMU MUSA
Mari kita simak dan petik hikmah dari dua perempuan yang bertemu Musa seperti yang dikisahkan di dalam Al Quran.
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya).
Ayat ini menceritakan tentang dua orang wanita yang bekerja menggembalakan ternak ayahnya. Darinya, kita dapat memetik pelajaran bahwa wanita boleh bekerja jika: belum menikah, orangtuanya sudah berusia lanjut sehingga tidak mampu bekerja dan mencari nafkah, serta tidak ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan).
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami” … “. (QS 28: 25)
Selanjutnya dikisahkan bahwa nabi Musa as mengunjungi ayah dari wanita tersebut (nabi Syu’aib as), bersama kedua wanita tsb. Maka nabi Musa as memintanya untuk berjalan di belakangnya serta memberinya petunjuk jalan dengan cara melempar batu. Jika arahnya ke kiri, maka wanita tersebut harus melempar batu ke kiri, dan begitu juga jika arahnya ke kanan. Ayat serta kisah ini menceritakan tentang adab seorang wanita ketika bertemu dan berbicara kepada seorang pria yang bukan mahramnya: tidak merendahkan suara atau mendayu-dayu dan berbicara dengan santun, menjaga aurat, serta berjalan di belakang laki-laki untuk menghindari fitnah.
4. IBUNDA MUSA
Ibunda Musa memberikan kepercayaan kepada anak perempuannya untuk melarung dan mengawasi keranjang yang berisi bayi Musa as yang dihanyutkan di sungai Nil. Darinya, kita dapat belajar bahwa ketika pada akhirnya orangtua harus melepas anaknya (misalnya, bersekolah), maka orangtua semestinya menyerahkan anak pada pihak yang dapat dipercaya.
5. SAUDARA PEREMPUAN MUSA
Dikisahkan bahwa saudara perempuan Musa mendapatkan kepercayaan dari ibunda Musa untuk melarung keranjang yang berisi bayi Musa as di sungai Nil untuk menyelamatkannya dari kejahatan tentara Fir’aun. Maka ketika keranjang itu terdampar dan ditemukan oleh Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun), maka saudara perempuan Musa as menawarkan kepada Asiyah seorang ibu susu untuk bayi Musa tsb, yaitu ibundanya.
Di dalam Al Quran, ia berkata, “Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?” (QS 20: 40).
Dari ayat ini kita dapat melihat kecerdasan seorang perempuan dalam bernegosiasi dengan salah satu istri pembesar saat itu. Darinya, kita dapat belajar bahwa seorang perempuan harus cerdas, pun ketika seorang perempuan harus bernegosiasi dengan suaminya.
6. ISTRI ADAM (HAWA)
Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan, bahwa sesungguhnya asal muasal tipu daya perempuan ialah berasal dari Hawa. Hawa ikut mendorong nabi Adam as untuk memakan buah Khuldi sehingga mereka berdua terlempar dari syurga Allah.
Perempuan sesungguhnya memiliki tipu daya atau fitnah yang besar. Selaras dengan sabda Rasulullaah saw dalan suatu hadist riwayat Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740).
Maka sebagai istri, perempuan perlu berhati-hati dengan ucapan atau saran apapun yang ia berikan kepada suami. Jangan sampai saran yang ia berikan kepada suami menjatuhkan suami bahkan keluarga ke dalam dosa dan petaka.
7. ISTRI NUH
Dikisahkan bahwa ketika Nabi Nuh as membuat perahu, istrinya tidak mempercayainya dan berkata, “Mengapa kamu membuat perahu padahal sedang kemarau?”. Kemudian ketika banjir datang, istrinya justru memilih untuk tidak ikut Nabi Nuh as ke dalam perahunya.
Dari kisahnya kita dapat melihat bahwa sebagai istri, kita perlu berhati-hati dengan ucapan atau ketidakpercayaan kita terhadap suami. Hal kecil yang kita remehkan dari suami karena ketidakpercayaan kita, sesungguhnya dapat menjadi sebab durhaka kita kepadanya.
Dari istri Nuh, kita juga dapat melihat bagaimana ketidakpercayaan dan khianat istri berakibat buruk terhadap pendidikan anak. Putra nabi Nuh, Kan’an, pun ikut menolak ketika sang ayah mengajaknya untuk naik ke dalam perahunya.
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”
Inilah contoh dimana istri yang berkhianat pada suaminya maka akan memberikan pengaruh buruk terhadap anak-anaknya. Mari kita bandingkan dengan kisah Hajar di point berikutnya.
8. ISTRI LUTH
Sama halnya seperti istri Nuh, istri Luth ialah istri yang berkhianat. Ketika nabi Luth kedatangan tamu-tamu yaitu malaikat yang rupawan, istrinya membocorkan rahasia kedatangan malaikat-malaikat tersebut kepada penduduk.
Maka sebagi istri, kita perlu berhati-hati dengan lisan kita. Jangan sampai lisan kita membocorkan rahasia yang tidak disukai suami atau bahkan menjadi aib baginya.
9. ISTRI IBRAHIM (SARAH)
Mari kita simak dan petik hikmah dari Sarah seperti yang dikisahkan di dalam Al Quran.
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya’qub Isterinya berkata:Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh” (QS 11: 71-72).
Jika kita mengamati tata urutan kisah tentang Sarah dalam ayat-ayat tsb, kita menemukan bahwa Sarah tersenyum dengan kedatangan malaikat, lalu datanglah kabar gembira kepadanya tentang kelahiran anak. Dikisahkan dalam kisah kelahiran Ishaq as, bahwa berita gembira di atas datang bertepatan dengan kelahiran Ismail as. Ketika itu, nabi Ibrahim as berusia 86 tahun. Sementara, nabi Ibrahim as berusia 100 tahun ketika Ishaq as lahir. Artinya, kelahiran Ishaq as ialah 14 tahun setelah beliau dan istrinya mendapati berita gembira itu.
Kembali pada ayat sebelumnya, kehadiran malaikat membuat Sarah tersenyum yang selanjutnya diiringi dengan berita gembira akan kelahiran seorang anak. Maknanya, Sarah bergembira terlebih dahulu, sehingga datanglah kabar gembira itu, meskipun ia menunggu hingga 14 tahun hingga datang buah hati yang dinantinya.
Ini yang patut dijadikan contoh bagi pasangan yang merindukan kehadiran anak, bahwa pasangan patut bergembira dan yakin akan datangnya kabar gembira. Karena tiada yang tidak mungkin bagi Allah, pasangan yang tua seperti halnya Ibrahim as dan Sarah pun bisa dikaruniai anak jika Allah berkehendak. Resapi bagaimana selanjutnya Allah berfirman dalam ayat selanjutnya.
“Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”” (QS 11: 73).
10. ISTRI IBRAHIM (HAJAR)
Masih ingat kisah istri nabi Nuh dan putranya, Kan’an? Ketika nabi Nuh as mengajak Kan’an untuk naik ke dalam bahtera ketika terjadi banjir, putranya justru menolak. Durhaka Kan’an juga disebabkan oleh pengaruh durhaka istri Nuh. Kisah Hajar berbanding terbalik dengan kisah istri nabi Nuh.
Hajar ialah seorang wanita yang sangat taat terhadap suaminya. Melalui pendidikan Hajar, lahir seorang Ismail as, yang juga begitu taat terhadap ayahnya. Ketika nabi Ibrahim as memberitahu Ismail as perihal mimpi untuk menyembelihnya, maka Ismail taat kepada ayahnya.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sha Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”” (QS 37: 102)
Coba resapi kisah istri nabi Nuh dan Kan’an dengan Hajar dan Ismail as. Dari kedua kisah tersebut kita menemukan bahwa durhaka atau ketaatan istri “diturunkan” kepada anak-anaknya. Maka, jika kita menemukan anak-anak kita sulit dinasehati, sebagi istri kita perlu mengevaluasi diri sendiri secara bertahap: bagaimana kita mendidik anak > bagaimana ketaatan kita terhadap suami > bagaimana ibadah kita kepada Allah.
Pada mulanya ketika Ismail as baru saja dilahirkan dan masih dalam penyusuan, nabi Ibrahim as mengajak Hajar untuk pergi ke suatu tempat (yang kemudian diketahui atas perintah Allah, tujuan mereka ialah Mekkah) Hajar tidak bertanya apapun kepada suaminya. Ia mendengar dan ia taat. Sama halnya ketika Khadijah ra menemui Rasulullaah saw dalam keadaan menggigil ketika menerima wahyu pertama kali. Beliau ra tidak bertanya apapun kepada Rasulullaah saw, beliau ra menyelimuti dan membaringkannya. Barulah ketika Rasulullaah saw bercerita, beliau ra menghibur dan memberi saran.
Dari keduanya kita mendapat pelajaran:
Evaluasi diri dan tahan lisan kita. Jangan sampai pertanyaan-pertanyaan kita justru membuat suami kita gelisah dan menambah beban pikirannya.Ketika pun kita bertanya, dan suami tidak menjawab, maka hargailah, karena mungkin memang ia tidak tahu.Ketika kita bertanya, maka harus siap dengan jawaban apapun yang diberikan oleh suami
Selanjutnya ketika mereka tiba di Mekkah yaitu di sisi Ka’bah, Ibrahim as membuat sebuah pondok kecil yang atapnya terbuat dari dahan kurma. Kemudian, mereka bermalam di sana. Keesokan harinya, Ibrahim as meninggalkan Ismail as dengan Hajar dengan hanya memberikan bekal berupa sekantung kurma dan sebuah wadah air. Saat itu, di Mekkah tidak ada siapa pun, dan tanpa sumber air. Kemudian nabi Ibrahim as berpaling dan pergi. Hajar mengikutinya sembari berkata: “Wahai, Ibrahim! Kemana engkau akan pergi meninggalkan kami di lembah yang sunyi dan tak berpenghuni ini?” Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh, tak pula menghiraukannya. Kemudian Hajar pun bertanya: “Apakah Allah yang telah memerintahkan engkau dengan ini?” Ibrahim menjawab, “Ya!” Mendengar jawaban tsb, selanjutnya Hajar berkata, “Jika demikian Allah tidak akan menyia-nyiakan kami”.
Betapa teguhnya keimanan Hajar terhadap Allah. Dengan hanya bermodalkan sekantung kurma dan satu wadah air, ia menyakini pertolongan Allah. Pernahkah terbayang kita berada pada situasi yang serupa? Misalnya, jika kita tidak bekerja lalu suami meninggal dunia, sesungguhnya kita tidak perlu takut. Tidak perlu pula berandai-andai dengan situasi yang tidak kita ketahui kepastiannya, bisa jadi kita mendahului suami kita. Jika pun suami kita meninggalkan kita, maka kita (in sha Allah) memiliki modal yang jauh lebih baik dari Hajar, yang hanya bermodal sekantung kurma dan satu wadah air.
Selanjutnya, dikisahkan bahwa setelah itu mereka kehabisan bekal air dan bayi Ismail as menangis karena kehausan. Maka Hajar berlari-lari bolak balik, dari bukit Shafa ke Marwah, sementara bayi Ismail as ditinggalkannya di sisi Ka’bah. Ia berlari-lari bolak-balik untuk dapat mengawasi bayi Ismail as yang ketika itu ditinggalkannya. Maka, begitu pun kita, hendaknya seorang ibu selalu berusaha untuk menjaga anak dalam pengawasannya.
11. ISTRI AL AZIS (ZULAIKHA)
Dikisahkan bahwa istri Al Azis tertarik dengan ketampanan Yusuf as.
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS 12: 23)
Dengan demikian, istri pun harus waspada, bahwa ia pun dapat tergoda oleh pria lainnya.
12. ISTRI FIR’AUN (ASIYAH)
Dikisahkan bahwa ketika Asiyah menemukan bayi Musa as, ia membujuk Fir’aun agar mau mengangkat bayi tersebut sebagai anak.
“Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.” (QS 28: 9)
Asiyah membujuk Fir’aun untuk melakukan kebajikan. Inilah yang sepatutnya seorang istri lakukan, yaitu mengajak suami dalam kebaikan.
13. ISTRI IMRAN
Istri Imran berdoa untuk menazarkan putrinya, Maryam, sebagai hamba Allah yang berkhidmat.
“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui””. (QS 3: 35)
Dari istri Imran, kita dapat memetik hikmah untuk berdoa setinggi-tingginya dan sebaik-baiknya bagi anak. Namun, orangtua juga perlu siap. Misalnya, jika kita mendoakan anak kita agar kelak menjadi mujahid dan mujahidah di jalan Allah, maka kita pun harus siap mendukung anak untuk berjuang. Teladani Asma binti Abu Bakar ketika melepas anak-anaknya untuk berjihad.
14. ISTRI ZAKARIA
“Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”. Tuhan berfirman, “Demikianlah”. Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali””. (QS 19: 8-9)
Tiada yang tidak mungkin bagi Allah. Sekali lagi, kita harus menyakini atas pertolongan dan kabar gembira yang akan datang dari Allah. Jika Allah berkehendak, maka apapun dapat terjadi, seperti halnya istri Zakaria yang mandul pun dapat memiliki anak.
15. ISTRI RASULULLAH saw (HAFSHAH ra)
Al Quran menuturkan kisah mengenai Hafshah ra.
“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafshah) bertanya: “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik, dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (QS 66: 3-4)
Ayat tersebut pada awalnya mengisahkan tentang Rasulullaah saw yang mengharamkan sesuatu yang halal (yaitu madu) agar menyenangkan hati istri-istrinya. Hal ini disebabkan oleh kecemburuan Hafshah ra dan Aisyah ra terhadap Zainab ra yang telah memberikan minuman madu tsb kepada Rasulullaah saw. Allah menegur nabi dan istri-istrinya dalam ayat tsb, untuk selanjutnya melakukan taubat.
Dari kisah tersebut, maka sebagai istri kita patut untuk menjaga diri dalam perkara halal dan haram bersama suami dan bersegera untuk bertaubat jika melakukan kesalahan.
16. ISTRI RASULULLAH saw (AISYAH ra)
Di dalam QS 24: 11-16, dikisahkan kejadian hadistul ‘ifk, yaitu tersebarnya berita bohong mengenai Aisyah ra. Aisyah ra diri menahan diri dari fitnah yang tersebar dan memohon petunjuk kepada Allah sehingga Allah memberikan petunjuk kepada Rasulullaah saw mengenai kebenaran dari berita fitnah tsb.
Seorang perempuan sepatutnya juga menahan diri dan menahan lisan dari membuat fitnah dan menyebarkannya.
17. ISTRI RASULULLAH saw (ZAINAB ra)
Di dalam QS 33: 37-18, dikisahkan perceraian Zaid bin Haritshah ra (putra angkat nabi saw) dengan Zainab binti Jahsy ra. Kemudian, Rasulullaah saw menikah dengan Zainab ra.
Adapun hikmah dari kisah tersebut ialah bahwa perceraian bukanlah aib, justru perceraian dapat menjadi solusi bagi pasangan suami istri menuju arah yang lebih baik.
18. ISTRI ABU LAHAB
Di dalam surat Al Lahab, kita dapat menyimak kisah pasangan suami istri keluarga Lahab yang menentang dan menyakiti Rasulullaah saw. Istri Abu Lahab, dalam hal ini, menjadi orang yang “memanasi” Abu Lahab dalam permusuhannya dengan Rasulullah saw.
Dengan demikian, sebagai istri, kita perlu waspada agar jangan sampai menjadi “kompor” yang memanaskan hati suami sehingga suami tercebur dalam keburukan atau maksiat.
Sekian pembahasan “Peranmu, Surgamu”. Semoga kita dapat mengambil hikmah yang bermanfaat! :)
Subhaanaka allahumma wa bihamdik, asyhaadu alaa illaha illa ant, astaghfiruka wa atuubu ilayk.
Intro :
02.04.15
Hy mommies,
Artikel tambahan untuk hari ini yaa :)
Ada part 2 untuk kelanjutannya. Besok akan mimin kirimkan sebagai artikel harian ya.
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE :
Resume Materi Peranmu Surgamu
AKU (Akademi Keluarga) Mustawa 1 – Parenting Nabawiyyah & HSMN Depok
Pembicara: Ustzh. Poppy Yuditya
Tanggal: 18 Maret 2015
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Bismillaahi rahmaani rahiim,
Bukanlah sesuatu yang kebetulan, jika tata urutan kata-kata dan jumlah penyebutan suatu kata dalam Al Quran menyimpan hikmah yang luar biasa. Dalam kaitannya dengan peran perempuan, Al Quran menyebut sebanyak dua puluh nama perempuan secara zhohir (bukan isim dhomir).
Mereka ialah: istri Adam (Hawa, QS 7:19), istri Ibrahim (Sarah, QS 11: 71 – 72), istri Al Azis (sebagian riwayat menyebut Zulaikha, QS 12:21), istri Ibrahim (Hajar, QS 14:37), istri Imran (QS 3: 35), istri Zakaria (QS 19: 8), ibunda Musa (QS 20: 38), saudara perempuan Musa (QS 20: 40), istri Rasulullaah saw (Aisyah binti Abu Bakar ra QS 24: 11 – 16), pemimpin negeri Saba’ (Balqis, QS 27: 44), dua perempuan yang bertemu Musa (QS 28: 23 – 26), istri Rasulullaah saw (Zainab binti Jahsy ra, QS 33: 37 – 38), perempuan yang mengajukan gugatan kepada Rasulullaah saw (Khaulah binti Tsa’labah, QS 58:1), istri Rasulullaah saw (Hafshah binti Umar ra, QS 66:3), istri Nuh dan istri Luth (QS 66:10), istri Fir’aun (Asiyah binti Muzahim, QS 66: 11), Maryam putri Imran (QS 66: 12), istri Abu Lahab (QS 111: 4).
Jika kita kelompokkan nama-nama di atas, maka kita akan menemukan:
1. Perempuan yang belum menikah: saudara perempuan Musa, Balqis, dua perempuan yang bertemu Musa, Maryam.
2. Perempuan yang menikah: Hawa, Sarah, istri Al Azis, Hajar, istri Imran, istri Zakaria, Aisyah ra, Zainab ra, Khaulah binti Tsa’labah, Hafshah ra, istri Nuh, istri Luth, Asiyah binti Muzahim, istri Abu Lahab.
3. Perempuan sebagai ibu: Hawa, Sarah, Hajar, istri Imran, istri Zakaria, ibunda Musa, Maryam.
Dari pengelompokkan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa perempuan memiliki tiga peranan berdasarkan Al Quran:
1. peran pribadi (perempuan yang belum menikah)
2. peran sebagai istri (perempuan yang menikah)
3. peran sebagai ibu.
Selanjutnya, jika kita membuat presentasenya, maka:
54% (15/26) dari nama-nama perempuan dalam Al Quran ialah sebagai istri
27% sebagai ibu
19% sebagai pribadi
Dengan melihat perbandingan angka tsb, sungguh menarik bahwa peran perempuan dalam Al Quran yang utama ialah sebagai istri. Selain itu, peran sebagai ibu pun tidak terlepas dengan peran pribadi dan peran sebagai istri.
Mari kita pelajari kembali petunjuk dalam Al Quran, Sunnah Rasulullah saw, dan teladan para pendahulu mengenai peran-peran tersebut.
1. Peran pribadi:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (ialah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan rasulNya …” (QS At Taubah: 71).
>> Ayat tersebut menjelaskan bahwa perempuan sebagai pribadi memiliki kewajiban sebagai hamba Allah yang beriman.
>> Ayat ini sekaligus menjelaskan kebersamaan laki-laki dan perempuan (yaitu, suami dan istri) untuk tolong-menolong dalam perkara ketaatan kepada Allah, termasuk halnya dalam perkara rumah tangga.
2. Peran sebagai istri:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu kasih dan sayang …” (QS Ar Ruum: 21).
>> Dalam ayat ini, fungsi menetramkan sesungguhnya dinisbatkan kepada istri. Istri, dengan fitrah kelembutan dan kasih sayangnya, berperan untuk menjaga hubungan emosional yang saling melengkapi dengan suaminya sehingga hadir ketentraman di dalam rumah tangga.
Rasulullaah saw bersabda, “Kalian semua ialah pemimpin, dan akan diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya (selanjutnya dan selanjutnya) wanita ialah penanggung jawab terhadap rumah suaminya… (selanjutnya dan selanjutnya)” (HR Bukhari dan Muslim, Shahih).
>> Hadist tersebut menjelaskan peran istri sebagai pengelola rumah dan harta suami secara benar dan baik.
Asma binti Abu Bakar ra, istri Zubair bin Awwam ra, berkata, “Aku berkhidmat kepada Zubair dengan pengkhidmatan total. Aku mengurus kudanya, memberi makan, menimba air, dan memanggul biji-biji kurma di atas kepalaku dari satu tempat ke tempat lain di tanahnya yang seluas 2/3 farsakh”.
>> Inilah teladan dari shahabiyah. Pengkhidmatan yang dilakukan bukanlah didorong oleh keterpaksaan untuk menggugurkan kewajiban sebagai “pelayan” suami, namun dilandasi oleh semangat saling berkorban, tolong menolong bagi kemaslahatan bersama, seperti dalam QS At Taubah: 71 di atas.
3. Peran sebagai ibu:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya dan meyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa …” (QS Al Ahqaf: 15).
>> Di dalam ayat ini, Al Quran menjelaskan peran ibu: mengandung, melahirkan, dan menyusui. Dengan ketulusan ibu untuk melakukan peran ini, kelak ibu akan menuai bakti dan doa baik dari anak-anak dan keturunannya.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS An Nisaa: 9).
>> Di sini, Al Quran berbicara tentang peran ibu berikutnya yaitu, mendidik anak-anaknya agar tumbuh menjadi insan-insan yang tangguh jiwanya, beriman, sholeh dan sholehah.
Intro :
02.04.15
Hy mommies,
Suka forward artikel2 parenting ke suami?
Ini tambahan artikel yang keceh. Ayoo sekarang juga forward untuk para suami. :D
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE :
[SHARING WHATSAPP]
Vitamin A untuk Anak Kita
Narasumber : Elly Risman, Psi
(Direktur dan Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati)
〰〰〰〰〰〰〰〰
Tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini membutuhkan Vitamin A (Ayah) yang memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak
Ayah…
Engkaulah nahkoda, penentu Garis Besar Haluan Keluarga, engkau yang menentukan kemana keluarga kita akan kau bawa⛵⚓
Engkau bukan hanya pencari rizki yang penuh berkat, yang menyediakan makanan lezat dan pakaian yang hangat, serta rumah dan isinya yang tak mudah berkarat, bagi kami kau adalah pembimbing anak & istri yang hebat
Ayah..
Engkau adalah pembuat kebijakan dan peraturan, engkau pula yang menentukan standar keberhasilan.
Ayah..
Engkau senantiasa melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kami dan harta benda yang kau titipkan.
Ayah..
Luangkan waktumu lebih banyak lagi ya. Obrolan sederhana yang kau bangun dengan anak kita, membuat ia menjadi anak yang :
Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur
Punya harga diri yang tinggi
Prestasi akademis diatas rata-rata, dan
Lebih pandai bergaul
Ayah lain yang kurang ngobrol dan bercengkrama dengan anak, ternyata menyebabkan anak perempuannya :
Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain
7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.
Cenderung suka lelaki yang jauh lebih tua, dan
Cenderung lebih mudah bercerai
Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosial ekonomi apapun.
Sedangkan anak laki-laki yang jarang diajak ngobrol oleh ayahnya,
Lebih beresiko terlibat pornografi, narkoba, dan tindak kriminal
Cenderung lebih cepat puber di usia yang lebih muda
Cenderung join a gang, dan
Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa
Ciri anak yang kekurangan vitamin A adalah lebih rentan terhadap peer pressure
Ayah…
Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa, jiwa, tenaga, waktu dan biaya).
Ayah…
Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama.
Keluarga Nabi Ibrahim (QS. Ibrahim: 35-37) mempunyai misi :
✅Penyelamatan aqidah,
✅Pembiasaan ibadah,
✅Pembentukan akhakul karimah dan
✅Pengajaran lifeskill (entrepreneur).
Sedangkan Visi Keluarga Imran (QS. Ali Imran: 35), yakni menciptakan hamba Allah yang taat
Ayah…
Mari kita terus perbaiki pola pengasuhan selama ini. Anak kits perlu mendapat validasi dari kita agar ia tidak perlu mencari dari orang lain. Ia membutuhkan 3P:
❤Penerimaan,
❤Penghargaan, dan
❤Pujian.
Ayah..
Mari kita bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan kita, sebab:
Otak mereka berbeda
Tugas dan tanggung jawab mereka kelak dewasa juga berbeda
Sehingga, tujuan pengasuhannya pun berbeda. Anak laki-laki kita kelak mengemban tanggungjawab yang lebih besar daripada anak perempuan kita. Selain menjadi hamba yang bertakwa dan berperan di masyarakat, anak laki-laki kita kelak akan menadi pendidik dan pengayom keluarga
Ayah…
Penting sekali vitamin A bagi anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas dan kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting (kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).❤⏰
Ayah…
Biasakan tanya perasaan anak kita setiap hari ya, itu berarti kau sedang membangun kekuatan emosi dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah…
Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi tantangan anak zaman sekarang.
Ayah…
Berikan pondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif dan disayangi banyak orang.
Ayah..
peranmu tak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara.
Pesan Rasul tercinta, manusia yang baik adalah mereka yang paling baik kepada KELUARGAnya.
Let’s make everyday a Father’s day!
❤
〰〰〰〰〰〰〰
Oleh Tim Yayasan Kita dan Buah Hati
Fanpage : www.facebook.com/yayasankitadanbuahhati
Twitter : @kitadanbuahhati
Intro :
31.03.15
Hy mommies,
Sahabat saya yang satu ini, concern sekali dengan ilmu parenting.. sudah banyak seminar2 yang di hadiri oleh Mbak Nina.. hingga kemarin ia berbagi pengalaman barunya dari parenting journey-nya. Kita simak yuk sharenya.. semoga bermanfaat ya.
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE : Nina Bunda Kay-Ale (Depok)
Udah pada tau aku kan sering ikut seminar parenting
Trs pas diingetin pertama bahwa rasul uda berkata "aku sebaik2nya manusia dan aku sebaik2nya yg baik terhadap keluarga
Nah itu deg bgt....
Bahwa alquran itu justruuuuuuuu dibahas banyak ttg keluarga
Dari adam sampe Muhammad tp kenapa hanya imran yg disebut dalam surat di quran. Bahkan yg disebut namanya ali imran....imran dan keluarganya. Yg mendidik ismail jadi anak soleh...siti hajar tapi nama beliau ga disebut namanya di quran tapi nama ibrahim yg lebih disebut...
Aku nanya peran apa yg bikin perempuan masuk surga?hayoo
Ibu istri atau single????
Jadi ada 20 perempuan yg disebut dalam quran...setelah diurut 50 persen lebih dibahas perannya sebagai istri
Sebagai ibu cuma 20an
Jadi peran istri itu sangat mempengaruhi mau dibawa kemana keluarga itu
Belajar dr siti hajar...ismail bisa soleh, taat, bahkan tanpa asuhan ayahnya. Ibrahim hanya ketemu 4x dg ismail dr bayi ampe gede. Kebayang ga sihhhh
Skrg aja kita LDRan sama suami kayaknya runtuh dunia :D
Ini ditinggal suami di gurun dg bekal satu kantung air dan satu kantung kurma Protes??nggak
Pas ditanya ke suaminya ini perintah Allah?iya...sudah beliau diam.
Kalo kita pasti...tempTnya dimana?ada tempat menyusui ga?ac ada ga?trs brp lama?
Ibrahim saat itu juga bingung...maka cuma diam aja...tapi hajar tau dg ga bertanya macem2 begitu tau itu perintah allah...Pelajarannya kadang kita istri perlu untuk diam...ga menekan suami...karena mgk mereka jg gatau jawabannya...
Trs pas mau ditinggal hajar bilang kl ga salah "allah pasti menjaga kami"...pelajaran istri memberikan jawaban yg menenangkan
Terusssss?????kok bisa ismail saleh tanpa sosok bapak????
Ternyata oh ternyata hajar selalu bercerita ttg ibrahim...membanggakannya didepan anaknya...jadi ia ga lepas dr sosok ayahnya..
Dan satu lagi doa Ibrahim untuk anaknya
4x ketemu doang tp komunikasi ibrahin sMa ismail yaaaa dasyaaaaat bgt
Surat ibrahim 35.-41. Kaloooo ga salaaah
Pas ismail beristri Ibrahim Main kerumahnya tp istrinya ga kenal...trs ditanya gmn kehidupan keluargamu
Istrinya jawab..ya gt sederhana blabla intinya ga bersyukur
Trs Ibrahim titip pesan buat ismail tolong ganti pintu rumahmu (sudah pernah di share di ODOS )
Trs ismail bilang sama istrinya kalo maksud pesannya ia hrs menceraikan istrinya
4x ketemu tp ngobrolnya gt uda ngeh anaknya
Subhanallah
Trs satu lagi yg aku dapet...intinya ilmu apa pun yg kita dapet harus balik lagi ke alquran dan hadist... (siyap, mamak?)
Misal WHO bilang anak 6m harus minum asi doang. Eh diislam ada sunnah mentahnik
WHO bilang anak disusui sampe puas
Bahkan ada foto anak masih 3-4th masih disusuin...Di alquran jelas sempurnakan sampai usia 2 tahun...boleh berenti sebelum itu tapi iklas ibu dan anak.
Menyapih pun ternyata lebih dengan gembiraaa bukan derai air mata...mengajak anak bahwa menyapih pun ibadah...
Teori2 parenting pun juga begitu tau asal usulnya...aku jadi sangsi
Trs jadi ga figuritas ke satu sosok pakar parenting...
Melihat jg latar belakang beliau...ga karena booming jadi ikutan aja..
Hayooo mbak cits teori ttg Bermain sambil belajar...sesuai syariat ga, Teori perkembangan anak? (Yang di tanya mingkem cengar-cengir doang)
Teori menghapal merusak otak anak?
Hayooo
Ya ituuu ternyata kita disusupin ilmu2 dr barat Tanpa tau asal usulnya
Teori perkembangan punya siapa namanya ya lupa deh susah namanya
Termasuk ga boleh menggunakan kata 'jangan' ke anak, pdhl jelas2 di Al Quran Allah sering menggunakan kata jangan utk menyatakan ketegasan
Teori perkembangan ttg anak sekian perkembangan gini gitu..ternyata pengagasnya pernah memgaborsi anak, dikenal ga cinta anak,
Oia bapak teori perkembangan anak yg aku ceritain diatas itu jj roseau
Teori bermain sambil belajar...montesori dll
Ternyata penggagas ga suka belajar serius
Bapaknyaa teges suka mukul suruh belajar
Nah lahirnya bermain sambil belajar
Ada hamzah,anaknya khalifah atau siapa gitu... Dia bilang masa kecilku bukan masa bermain2
Nah looooooo?
Beliau jadi pemimpin negara atau apa gituuu
Kalo gitu gimana coba
pokonya dia liat temennya main2 dia ga mau ikutan
Trs bilang masa kecilku bukan untuk bermain2
Kl cerita ttg Muhammad al fatih ini Sekarang (Mungkin) Kamu Kecewa, Tapi Nanti…
Oleh: Ustadz Budi Ashari
KEMBALI, kita belajar dari Muhammad Al Fatih. Anak kecil yang disiapkan dengan cara yang tidak biasa agar menjadi generasi yang tidak biasa.
Muhammad Al Fatih tidak hanya sekali ditegasi dengan pukulan. Di tangan guru pertamanya, Ahmad bin Ismail Al Kurani, Muhammad Al Fatih merasakan sabetan untuk pelajaran pertamanya. Sebagaimana yang telah diamanahkan oleh sang ayah Murad II yang mengerti pendidikan, sang guru tak segan-segan untuk melakukan ketegasan itu.
Sekali ketegasan untuk kemudian berjalan tanpa ketegasan. Tentu ini jauh lebih baik dan diharapkan oleh setiap keluarga, daripada dia harus tarik urat setiap hari dan menampilkan ketegasan setiap saat, karena jiwanya belum tunduk untuk kebaikan.
Mungkin, Muhammad Al Fatih kecil kecewa saat dipukul. Sangat mungkin hatinya terluka. Tapi pendidikan Islam tak pernah khawatir dengan itu, karena Islam mengerti betul cara membongkar sekaligus menata ulang. Semua analisa ketakutan tentang jiwa yang terluka tak terbukti pada hasil pendidikan Muhammad Al Fatih.
Tapi ada pukulan berikutnya dari guru berikutnya. Pukulan kedua ini yang lebih dikenang pahit oleh Muhammad Al Fatih. Kali ini pukulan datang dari gurunya yang mendampinginya hingga ia kelak menjadi sultan; Aq Syamsuddin.
Bukti bahwa ini menjadi ‘kenangan’ yang terus berkecamuk di kepalanya adalah ketika Muhammad Al Fatih telah resmi menjadi sultan, dia bertanya kepada gurunya:
“Guru, aku mau bertanya. Masih ingatkah suatu hari guru menyabetku, padahal aku tidak bersalah waktu itu. Sekarang aku mau bertanya, atas dasar apa guru melakukannya?”
Bertahun-tahun lamanya pertanyaan itu mengendap dalam diri sang murid. Tentu tak mudah baginya menyimpan semua itu. Karena yang disimpannya bukan kenangan indah. Tetapi kenangan pahit yang mengecewakan. Karena tak ada yang mau dipukul. Apalagi dia tidak merasa bersalah.
Kini sang murid telah menjadi orang besar. Dia ‘menuntut’ gurunya untuk menjelaskan semua yang telah bertahun-tahun mengganggu kenyamanan hidupnya.
Jawaban gurunya amat mengejutkan. Jawaban yang menunjukkan memang ini guru yang tidak biasa. Pantas mampu melahirkan murid yang tidak biasa.
Jawaban yang menunjukkan metode dahsyat, yang mungkin langka dilakukan oleh metode pendidikan hari ini. Atau jangan-jangan sekadar membahasnya pun diharamkan oleh pendidikan hari ini.
Inilah jawaban Aq Syamsuddin,
“Aku sudah lama menunggu datangnya hari ini. Di mana kamu bertanya tentang pukulan itu. Sekarang kamu tahu nak, bahwa pukulan kedzaliman itu membuatmu tak bisa melupakannya begitu saja. Ia terus mengganggumu. Maka ini pelajaran untukmu di hari ketika kamu menjadi pemimpin seperti sekarang. Jangan pernah sekalipun mendzalimi masyarakatmu. Karena mereka tak pernah bisa tidur dan tak pernah lupa pahitnya kedzaliman.”
Ajaib!
Konsep pendidikan yang ajaib.
Hasilnya pun ajaib. Muhammad penakluk Konstantinopel.
Maka, sampaikan kepada semua anak-anak kita. Bahwa toh kita tidak melakukan ketegasan seperti yang dilakukan oleh Aq Syamsuddin. Semua ketegasan kita hari ini; muka masam, cubitan, jeweran, hukuman, pukulan pendidikan semuanya adalah tanaman yang buahnya adalah kebesaran mereka.
Teruslah didik mereka dengan cara pendidikan Islami. Kalau harus ada yang diluruskan maka ketegasan adalah salah satu metode mahal yang dimiliki Islam.
Semoga suatu hari nanti, saat anak-anak kita telah mencapai kebesarannya, kita akan berkata semisal Aq Syamsuddin berkata,
“Kini kau telah menjadi orang besar, nak. Masih ingatkah kau akan cubitan dan pukulan ayah dan bunda sore itu? Inilah hari ketika kau memetik hasilnya.”
Hari ini, saat masih dalam proses pendidikan, Anda pun bisa sudah bisa berkata kepada mereka,
“Hari ini mungkin kau kecewa, tapi suatu hari nanti kau akan mengenang ayah dan bunda dalam syukur atas ketegasan hari ini.”
Intro :
30.03.15
Hy mommies,
Selain berduka atas kepergian Olga Syahputra. Kita juga turut berduka atas kepergian Mr. LEE KUAN YEW
Mari simak inspirasi dari beliau untuk pengasuhan anak.
Cekidot.
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE :
Catatan Moi Kusman Bercerita dan berbagi.
Tips Pengasuhan Anak Dari Lee Kuan Yew
Singapura baru saja kehilangan arsitek utama dan bapak bangsa negeri itu. Kemarin aku menyaksikan dokumentari di kanal Discovery yang berjudul Father of a Nation: Lee Kuan Yew. Menyaksikan bagaimana Lee Kuan Yew dan istri beliau Kwa Geok Choo yang begitu sederhana, begitu punya integritas, begitu setia pada nilai-nilai yang mereka percaya.
Usai menonton, aku duduk termenung dengan kepala penuh tanya, bagaimana membesarkan anak agar bekerja keras, rendah hati, dan mempunyai prinsip yang teguh. Bersyukur kita hidup di era sosial media di mana berbagi jadi mudah dan cepat, dan pagi tadi aku lihat seorang berbagi artikel dari Singapore Parenting Magazine dengan tajuk 10 Parenting Lessons to Learn from Lee Kuan Yew.
Aha, ini dia yang aku cari! Dengan semangat berbagi karena sudah bersyukur mendapat apa yang belum lama aku ingin temui, aku coba terjemahkan dan sarikan di tulisan kali ini.
1. Ajari anak untuk berhemat.Hemat akan mengajari anak untuk panjang akal dan berhati-hati dengan apa yang mereka punya. Hal ini juga mengajari anak untuk menghargai apa yang mereka punya: rumah yang nyaman untuk ditinggali, kebutuhan dasar seperti pakaian, makanan, air, dan keluarga yang penuh dengan kasih sayang yang tercurah. Walau Lee dan istri hidup dengan penuh kemudahan, mereka menanamkan pentingnya hidup hemat sejak anak-anak mereka kecil. "Kami harus menutup keran air dengan baik. Kalau orang tua kami mendapati ada air yang masih menetes saja dari keran, kami akan ditegur. Saat meninggalkan kamar, maka lampu dan pendingin ruangan harus dimatikan," begitu kata salah satu anak mereka Dr Lee Wei Ling pada salah satu koran di Singapura. Lewat peraturan dasar seperti inilah nilai-nilai syukur dapat diajarkan sambil pula mengajarkan nilai-nilai uang.
2. Hormati setiap orang.Salah satu nilai penting yang dapat diajarkan pada anak adalah bahwa setiap orang, tanpa memandang keluarga atau latar belakang, berhak mendapatkan perlakuan dengan penuh rasa hormat dan menjunjung tinggi harga diri. Menurut putri Lee Kuan Yew, Lee Wei Ling, begitulah cara orang tuanya membesarkannya. Ia dan saudaranya diajari untuk tidak berlaku seperti anak seorang perdana menteri dan berharap orang akan memperlakukan mereka dengan berbeda. "Hasilnya, kami memperlakukan semua orang -kawan, pekerja, dan menteri kabinet- dengan cara yang sama. Pengawal ayah menjadi teman kami," demikian katanya.
3. Nikmati kesenangan hidup yang sederhana.Tak perlu melimpahkan anak dengan mainan terbaru atau liburan yang mahal untuk menunjukkan cinta pada anak. Bahkan hal sederhana seperti bermain di taman bersama anak dapat serta merta membuatnya tertawa senang, yang tentunya akan terus dikenang anak sampai ia dewasa. Kenangan terindah dari PM Lee Hsien Loong adalah perjalanan pendek dan saat bersantai yang ia nikmati dengan keluarga dan ayah-ibunya. Ia ingat saat berumur lima atau enam tahun sang ayah membawanya dan saudara-saudaranya ke daerah bernama Tanglin Halt di malam hari, dan menyaksikan kereta api lewat. "Sungguh senang berada di luar bersama seperti itu," kenang sang perdana menteri Singapura saat ini.
4. Tak usah beri tekanan yang tidak perlu pada anak.Orangtua di Singapura sering tergoda untuk memasang target pengharapan yang tinggi pada perkembangan dan pencapaian anak. Meski maksud dan motivasi orangtua pasti baik yaitu agar anak mengoptimalkan kemampuan mereka, penting untuk diingat bahwa anak harus mendapatkan hak mereka untuk menikmati masa kecil mereka sebelum berurusan dengan keputusan hidup yang rumit di saat mereka dewasa. Di wawancaranya, putra Lee Kuan Yew, Lee Hsien Yang berkata: "Menurut saya orang tua yang baik mampu untuk membimbing anak tanpa membuat anak merasa dipaksa." Di saat yang sama PM Lee Hsien Loong dan Lee Wei Ling juga berbagi, walau pun ayah mereka adalah seorang perdana menteri saat mereka tumbuh, mereka tidak dipaksa untuk berprestasi di sekolah. "Saya bukan salah satu siswa teratas di sekolah. Selama saya mengerjakan yang terbaik yang saya bisa dan mengatur kehidupan saya dengan baik, orang tua kami sudah senang," kata PM Lee.
5. Selalu percaya pada cita-cita anak.Seberapa seringkah seorang anak berusia lima tahun berkata bahwa ia ingin jadi dokter saat besar nanti, lalu ingin menjadi astronot keesokanharinya? Bagaimana seharusnya reaksi orangtua pada perubahan cita-cita anak yang begitu cepat ini? Ada satu hal yang dapat kita pelajari dari mantan Minister Mentor Lee Kuan Yew tentang hal ini: Saat anak menunjukkan hasrat pada satu hal, yang tepat yang dapat dilakukan orang tua adalah melakukan apa saja untuk membantu anak agar hal tersebut dapat tercapai. PM Lee mengutip contoh yang tepat dalam hal di atas. Ketika ia memutuskan untuk belajar musik saat melihat alat musik recorder yang dibeli orangtuanya untuk salah satu saudaranya, permintaannya untuk belajar musik langsung dikabulkan oleh orangtuanya. Dari belajar musik ia lalu memutuskan untuk bermain alat musik klarinet di grup musiknya, untuk lalu memperlihatkan ketertarikan dalam bermain alat musik tiup tuba. Orang tua dapat melakukan hal yang sama pada anak. Jangan pernah remehkan mimpi anak meskipun sering berubah-ubah. Siapa yang akan menyangka bahwa hal yang diinginkan anak adalah pilihan karir hidupnya?
6. Hormati yang lebih tua.Satu hal yang penting dalam pengasuhan anak di Asia yang perlahan berkurang dalam keluarga sekarang adalah kebutuhan untuk menunjukkan rasa hormat pada yang lebih tua dan anggota keluarga lain. Menurut PM Lee walau ia dan saudaranya tumbuh dalam keluarga yang santai, tapi ketiga anak diharapkan untuk bersikap baik dan berbicara dengan sopan dengan seluruh anggota keluarga. "Menurut saya hal itulah di mana orang tua kami lebih ketat dibanding orang tua sekarang," katanya. Menunjukkan rasa hormat adalah hal tak ternilai agar anak belajar di jalur perilaku yang benar terutama saat mereka berhadapan dengan yang lebih tua. Orangtua juga harus memberi contoh saat berinteraksi dengan para orangtua dan ipar mereka. Anak belajar dari hal yang dicontohkan orang yang mereka percaya dan cintai seperti orang tua dan pengasuh.
7. Hadirlah dalam kehidupan anak.Berbicara tentang peran Lee Kuan Yew sebagai ayah, PM Lee berkata: "Ia seorang ayah yang ketat dan baik. Walau pun banyak menyerahkan pengasuhan anak pada ibu saya karena kesibukannya dalam politik dan tanggungjawabnya, tapi saat saya perlu ia selalu ada. Dalam situasi sulit, penting posisinya dalam keluarga." Perdana menteri Lee juga berbagi bagaimana cara yang ditempuh ayahnya untuk selalu berkomunikasi dengannya dan saudaranya, bahkan saat sedang bepergian. "Ia menulis untuk kami, dan ibu pun menulis untuk kami setiap minggu. Suratnya didiktekan, diketik, lalu ia periksa dan dibetulkan, ditambah sesuatu, atau diperpanjang satu atau dua paragraf lagi dalam tulisan tangan sebelum dikirim. Saya masih menyimpannya." Jadi sempatkan untuk duduk dan berbicara dengan anak untuk beberapa saat dan bertanya bagaimana hari mereka. Ini adalah saat yang baik untuk menciptakan hubungan baik dengan mereka, dan memberi mereka nasehat agar mereka dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
8. Semangati anak betapa berharganya kerja keras.Dengan mengamati ayahnya bekerja, PM Lee diberi contoh kerjakeras dan prinsip-prinsip betapa segala dapat dibuat lebih baik oleh ayahnya. "Menyaksikan bagaimana ayah berjuang, bekerja, dan berusaha dalam menyelesaikan beragam masalah dan tantangan, menurut saya itu satu inspirasi yang besar buat saya," ujarnya. Satu contoh yang disebut PM Lee luar biasa adalah saat ayahnya belajar bahasa Mandarin dengan cara mendengarkan rekaman, berlatih dengan guru dan mendengarkan rekaman kembali saat berlatih, bahkan di akhir pekan. Menurut PM Lee ayahnya selalu mengerjakan hal rutin tersebut bahkan sampai di usia senja sebab ayahnya tidak ingin kehilangan kemampuan bahasa tersebut. Dengan memberi contoh, orang tua dapat mengajarkan anak bahwa kerja keras itu akan terbayarkan. Ikut terlibat dalam proyek dengan anak, seperti belajar musik bersama, dan berlatih sampai dapat memainkan dengan pro lagu kesukaan kalian bersama. Mencapai satu misi bersama memberi kepuasan yang luar biasa, dan dengan berjalannya waktu anak akan belajar bahwa kerja keras diganjar dengan beragam imbalan yang melimpah.
9. Tak usah terlalu lama berada dalam penyesalan.Hidup tidaklah pernah sempurna, dan ada saatnya hal berjalan sesuai rencana kita. Walau pun hal ini terjadi, sungguh penting untuk mengajari anak untuk bangkit dan menatap ke depan, tak usah lama menyesali apa yang terjadi. Dari banyak wawancara Lee Kuan Yew bukan orang yang sering mengucapkan kata "kalau saja" atau "seharusnya hal yang dilakukan." Pribadi yang selalu ditunjukkan oleh Lee Kuan Yew adalah seorang yang tidak memberi ruang pada penyesalan, dan bahkan menyiratkan bahwa penyesalan hanya untuk mereka yang "pengecut".
10. Pengorbanan adalah titik awal untuk sukses.PM Lee pernah berkata bahwa ia mengagumi kerja keras dan kerjakeras ayahnya demi negara. "Ia dengan sangat luar biasa fokus pada obsesinya untuk membangun Singapura, membuatnya aman, lebih baik, dan menciptakan sesuatu untuk orang Singapura, bersama rekan kerjanya dan seluruh rakyat. Menurut saya itu sangat mengagumkan." Saudara lelakinya, Lee Hsien Yang juga berkata bahwa ayah mereka "selalu memiliki cinta yang besar pada Singapura di hatinya," - saat di rumah "selalu memiliki cinta yang besar pada anak-anaknya dan istrinya." Orang tua pun dapat mengajarkan pada anak mengapa pengorbanan diperlukan demi orang yang kita kasihi. Di akhir dari segalanya bukan "apa yang membuat saya bahagia" tapi lebih dari itu "apa yang saya kerjakan membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik."
Setelah selesai membaca artikel itu, bercampur dengan dokumentari yang aku tonton kemarin, sebagai orang tua dan guru, ini adalah satu introspeksi yang dalam buatku. Hidup itu seharusnya sederhana; tapi tidak pernah ada yang sederhana dari hal baik yang secara konsisten kita praktekkan dari menit ke menit, jam ke jam, hari demi hari, minggu, bulan, tahun, dekade. Itulah dedikasi. Selamat jalan, Lee Kuan Yew. Di perbincanganku dengan suamiku, aku berkata betapa Asia Tenggara pada khususnya berhutang budi pada Lee Kuan Yew atas teladan yang telah konsisten dilakukannya, dan ditunjukkannya pada Indonesia sebagai negara tetangga Singapura dan sesama negara ASEAN, meski mungkin dan pasti di negaranya sendiri ada yang tidak setuju dengan kebijakannya. Terima kasih, Mr. Lee.
Intro :
27.03.15
Hy mommies,
Ada yang anaknya pernah " di nilai " oleh orang asing? Atau teman sekedar kenal?
Sekarang harus mulai mengambil sikap.
Stop menilai anakku tersayang, judul artikel ini.
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE : www.sekolahorangtua.com
“Anak Anda hiperaktif ya ?” Bisik seorang dokter spesialis kulit kepada saya dan suami saya.
Kaget juga ketika ditanya seperti itu oleh seorang pihak yang kami percaya untuk mengobati kulit anak kami, Kaizen, yang terkena gigitan serangga.
Hampir 2 tahun, kami membesarkan Kaizen dan tidak sedikitpun kami melihat adanya gejala hiperaktif dalam diri Kaizen. Padahal saya seorang psikolog yang bergerak di dunia anak-anak dan hidup didalamnya. Minat saya dan niat saya adalah ingin membantu orangtua mendidik anak-anak mereka dengan lebih baik lagi. Eee… ada seorang dokter spesialis kulit yang dengan seenaknya sendiri menilai dan melabel anak saya tercinta, hanya dari pertemuan sekali seumur hidup, cuman 5 menit saja.
Saat itu Kaizen masih berusia 1 tahun 6 bulan. Masa dimana anak-anak ingin memegang segala sesuatu, ingin menaiki segala sesuatu dan ingin semuanya. Pokoknya semua hal adalah baru baginya sehingga menarik untuk dipegang, dilihat dan dinaiki.
“Bukan dok, AKTIF bukan hiperaktif.” Demikian jawaban saya sambil sedikit menahan dongkol. Untung saja, dokter itu tidak menanyakan lebih lanjut. Jika iya… mungkin bisa saya kuliahi beliaunya dari A hingga Z tentang anak Hiperaktif.
Namun… dari pertemuan singkat itu, membuat saya merenung kembali tentang kejadian yang menimpa saya.
Bagaimana jika pasangan yang ditanya itu bukan kami ?
Bagaimana jika anak yang dilabel seperti itu bukan Kaizen melainkan anak orang yang lain yang kebetulan memiliki karakteristik aktif seperti Kaizen kemudian di label Hiperaktif oleh dokter spesialis kulit itu ?
Saya bisa membayangkan orangtua itu pasti akan merasa ada yang salah dengan anaknya. Kemudian segera memeriksakan anaknya kepada pihak-pihak yang dianggap berkompeten. Ketika hasilnya mengatakan bahwa anaknya normal. Orangtua merasa tidak percaya,”Bagaimana bisa normal ? Ini dokter yang mengatakan kalau ada sesuatu yang aneh dengan anak saya. Dokter spesialis lagi. Anak saya ini tidak bisa diam, pegang sana pegang sini. Kalau diajak ngomong tidak mau liat kearah saya. Diam hanya kalau tidur saja. Kalau sudah bangun tidur, rumah sudah dapat dipastikan berantakan kaya kapal pecah. PERIKSA ULANG ! apa saya perlu bawa ke psikiater atau psikolog lain ?”.
Ada pengalaman yang terjadi dengan teman saya yang menikah dengan orang asing dan tinggal disana, ikut suami. Anak pertamanya baru berbicara dengan lancar ketika usianya menjelang 3 tahun.
Apakah ini normal ? Yup… anak ini masih tergolong normal karena sehari-hari ia menggunakan bahasa indonesia dengan ibunya sedangkan jika dengan ayahnya ia menggunakan bahasa mandarin. Saya berani mengatakan anak ini normal karena ia tanggap ketika diminta melakukan sesuatu tapi ia kesulitan untuk mengekspresikan bahasanya. Keadaan ini berarti si anak masih berproses mencerna kata-kata yang ada dikepalanya, antara bahasa indonesia atau bahasa mandarin. Ketika kognitifnya telah mampu mencerna, terbukalah lidah dan bibir si anak, banyak kata yang keluar dari bibir mungilnya.
Ada lagi kasus tentang anak usia 2 tahun 4 bulan yang sulit makan, jam tidur yang terbalik antara pagi dan malam, yang jika diajak berbicara tidak mau menatap mata lawan bicaranya, ketika diminta melakukan sesuatu tidak mau tapi ketika tidak diminta, anak ini bisa melakukan dengan benar. Pengasuh barunya sudah merasa ada yang tidak beres dengan anak asuhnya ini dan sudah bingung bagaimana cara membuat anak ini bisa berperilaku normal seperti anak kebanyakan. Tentu saja niat baik pengasuh tidak tepat sasaran karena anak ini sebenarnya adalah anak normal yang berada dalam pengasuhan orangtua yang kurang perhatian. Ayah ibunya sibuk bekerja, sehari-hari ia lebih sering bersama neneknya. Permainannya yang tersering dimainkan adalah playstation. Kondisi keluarga si anak inilah yang menyebabkan anak ini menjadi sedikit terlambat dalam beberapa aspek perkembangannya.
Orangtua yang baik, terkadang kita ini terlalu mendengarkan orang lain ketimbang anak sendiri. Terkadang pula kita ini tidak mempercayai kemampuan anak kita dan buru-buru menilai anak kita memiliki kekurangan dan bermasalah. Bahkan jika yang melabel anak kita adalah seorang psikolog ataupun psikiater pun, anda harus bersikap tidak percaya dan mencari bukti kebenaran dari label mereka.
Bagaimana caranya ? BELAJAR !
Cari tahu tentang perilaku dan ciri anak yang dianggap berkebutuhan khusus. Observasi langsung anak yang memang benar-benar memiliki kebutuhan khusus. Belajar juga ciri anak normal pada umumnya. Terkadang anak normal pun bisa terlihat mirip dengan anak berkebutuhan khusus.
Jika anda telah memiliki cukup bukti barulah anda bisa mengambil keputusan hendak diasuh dan dididik seperti apa anak kita sesuai dengan kebutuhannya.
Terakhir ! Refleksikan diri anda. Apakah kita telah menjadi orangtua yang baik bagi anak kita ?
Fenomena banyaknya anak yang dilabel berkebutuhan khusus mulai meningkat akhir-akhir ini. Ada kemungkinan peningkatan ini bukan disebabkan memang banyak anak lahir dengan kebutuhan khusus melainkan banyak orangtua yang terlalu sibuk untuk bekerja dan sibuk dengan dirinya sendiri. Akibatnya, orangtua lupa untuk belajar mengenai perkembangan anak sesuai usianya dan memantaunya.
Kurangnya pengetahuan ini mengakibatkan orangtua tidak tahu apa yang bisa dilakukan oleh anak usia tertentu tapi mereka menuntut anak-anak mereka mampu berperilaku baik, sopan dan penurut.
Baik, sopan dan penurut, bukanlah perilaku ajaib yang bisa terjadi dalam sekejap mata. Perilaku ini harus dilatih dan dikembangkan. Ada masanya untuk usia berapa kita sudah mulai bisa mengajarkannya.
Perilaku “nakal” yang ditampilkan oleh anak seringkali merupakan akibat dari perilaku kita sendiri. misal anak usia 2 tahun, tidak mau mendengarkan nasihat dari kita, suka melanggar hal-hal yang kita larang untuk dipegang.
Coba cek ! apakah anda terlalu sering melarang anak kita untuk memegang hal-hal yang sedikit kotor ? Apakah Anda terlalu sering melarang anak untuk tidak naik-naik kursi/meja/jendela ? Apakah Anda terlalu sering untuk meminta anak cuci tangan karena telah memegang tanah ?
Terlalu seringnya anak usia 1-2 tahun dilarang ini dan itu, bisa menyebabkan anak mengembangkan perilaku membangkang, yang pada akhirnya akan menjadi karakter bandel.
Masa 1-2 tahun adalah masa eksplorasi bagi anak. Jadi merupakan hal yang wajar jika semua hal adalah baru dan menarik bagi dirinya karena dia memang baru saja melepaskan diri dari sangkarnya. Dari semula yang tidak bisa berjalan kemudian bisa berjalan bebas tanpa harus dipegangi lagi.
Simpanlah kata larangan Anda hanya untuk hal-hal yang berbahaya dan untuk hal-hal yang memang belum waktunya disentuh. Jika Anda melakukan ini, niscaya anak akan mendengarkan ketika kita melarang untuk memegang sesuatu.
Jika kita menerapkan ini maka kita telah menangkal salah satu hukum pikiran manusia (yang aneh) yaitu “Semakin Dilarang Semakin Menarik”.
Jadi apa yang harus kita lakukan dengan penilaian orang lain yang belum tentu benar dan terkadang ngawur itu ?
Kita tidak bisa menghindari penilaian orang karena penilaian itu adalah hak setiap orang. Yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana sikap kita dalam menanggapi penilaian mereka yang menurut kita kurang tepat. Kitalah yang paling mengenal diri anak kita bukan orang lain. Kita lah yang paling lama bersama anak kita, jadi jangan biarkan penilaian orang lain membuat kita ragu-ragu terhadap anak kita. Keraguan kita akan sangat jelas terbaca oleh anak kita melalui perilaku kita. Keraguan kita akan berakibat anak pun akan meragukan dirinya sendiri.
Kita sendiripun sering ragu terhadap diri kita sendiri, mungkin saja hal ini diakibatkan diri kita terlalu sering diragukan oleh orangtua kita sendiri pada masa lampau.
Anak-anak itu memiliki perkembangan yang sangat pesat baik fisik maupun psikis. Label yang diberikan secara sembarangan bisa membuat anak kita berhenti berkembang. Apalagi jika label itu menyangkut psikisnya.
Tahukah Anda bahwa perkembangan yang optimal itu ditopang oleh pondasi psikis yang baik ?
Tubuh memang boleh cacat tapi pikiran harus tetap prima.
Pikiran yang prima akan memudahkan kita untuk menangani setiap tantangan kehidupan yang ada.
Salam hangat penuh cinta untuk Anda Sekeluarga
Sandra Mungliandi
Intro :
26.03.15
Hy mommies,
Good artikel for good mommies :*
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE :
RESUME MAJELIS AYAH
Sabtu, 21 Maret 2015
@AQLIslamiCenter
Oleh : Firmansyah, ayah Khanza
Menghujamkan Tauhid ke dalam Jiwa Anak
Narsum : Ust. Bachtiar Nasir
AKU PEDULI IMAN ANAKKU!!!
Sesungguhnya, hanya ada 2 agama di dunia ini :
1. AGAMA ALLAH : Fitrah Manusia dlm penciptaannya.
2. AGAMA ORANG TUA : Agama yg diajarkan oleh orang tua kepada anaknya.
Boleh jadi, orang tua adalah 'penjahat' pertama bagi anak manusia, krn doktrin 'agamanya' telah merusak 'agama ALLAH' yg telah mjd fitrah smua manusia.
Contoh :
Ortu berkata 'dahulu nenek moyangmu melakukan ...&...'
padahal hal itu bertentangan dgn 'agama ALLAH'
Orang tua bertanggung jawab dalam menjaga fitrah keimanan anak2nya.
AYAH adalah ORANG PERTAMA YG BERTANGGUNG JAWAB thd KEIMANAN ANAKNYA.
Maka ayah,
Jangan bosan menasehati Istrimu.
Jangan bosan menasehati anakmu
Keimanan yg bagaimana yg harus tertanam di jiwa anak?
1. Keimanan utk selalu memeluk Islam hingga akhir hayat.
Landasan :
QS. Al Baqarah [2] : 132
"Hai anak-anakku! Sesungguhnya ALLAH telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dlm keadaan memeluk agama Islam"
2. Keimanan terhadap Tuhan Yg Esa, tdk menyekutukan ALLAH (tdk syirik), taat & patuh hanya kpd ALLAH.
Landasan :
QS Al Baqarah [2] : 131
"Apa yg kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab "Kami akan menyembah Tuhanmu & Tuhan nenek moyangmu,Ibrahim,Ismail, & Ishaq, (yaitu) Tuhan Yg Maha Esa & kami hanya tunduk & patuh kpd-Nya"
Bagaimana caranya? Bagaimana metodenya?
Bagaimana langkah-langkahnya?
Perhatikan Prinsip-prinsip Dasar Menanamkan Tauhid kepada Anak dgn Metode & Langkah2 sbb :
1. Ajarkan Iman dahulu sebelum Al Qur'an
• Abdullah bin Umar ra berkata : "Dahulu, kami mempelajari keimanan sebelum belajar Qur'an"
• Jundab Albajly : "Dahulu, ketika kami menjelang usia baligh bersama Rasulullah, kami mempelajari keimanan sebelum mempelajari Qur'an. Setelah itu, baru mempelajari Qur'an, akibatnya bertambahlah keimanan kami."
Tanya : Bolehkah anak usia dini mempelajari Qur'an / mjd hafidz atw hafidzoh?
Jawab : Boleh, asalkan jangan lupa pada esensi keimanannya mksdnya jgn sampai mengejar target utk mjd hafidz sejak usia dini, namun lupa mengajarkan keimanan kepada ALLAH (menanamkan tauhid) dlm jiwa anak.
Bagaimana menanamkan tauhid dalam jiwa anak?
A. Perhatikan kaedah 'Mencintai ALLAH karena ALLAH baik'
Contoh :
'Maha besar ALLAH yg menciptakan buah-buahan yg bermacam-macam bentuk & rasanya'
'Betapa ALLAH sayang kpd kita sehingga kita diberi kemampuan utk bergerak'
'Maha besar ALLAH yg beri kita kmampuan untuk mempelajari Al Qur'an'
dsb...
Jangan takut-takuti anak dgn murka ALLAH krn otak anak blm siap untuk menerima itu.
Contoh :
'Kalau adek gak mau sholat,nanti adek dimasukkan ALLAH ke dlm neraka, dibakar dst...'
'Ayo murajaah, kalau kamu gak mau murajaah nanti ALLAH marah'
'ALLAH gak suka lo sama anak nakal, nanti ALLAH marah kalau adek nakal'
(sbenernya yg gak suka itu ALLAH atw ortunya? Hati2 mengatasnamakan ALLAH)
B. Anak2 akan mudah mencintai ALLAH jika banyak dikenalkan dgn ihsan (kebaikan2) ALLAH kpd hamba hamba-Nya, perbanyak menyebut nama ALLAH di telinga anak, baik dgn deskripsi maupun dlm diskusi / tanya jawab.
Bacakan ayat2 ALLAH yg terdapat pada ciptaan2 Allah di sekitar anak.
Kaitkan semua kejadian sehari2 di skitar anak dgn kebesaran ALLAH.
(Stay connecting with ALLAH)
Contoh :
Anak sakit, JANGAN katakan:
'Ayo minum obatnya spy sembuh'
Tapi KATAKAN :
'Berdoalah kepada ALLAH supaya sembuh, tp jg hrs minum obatnya krn ALLAH suruh kita untuk berusaha. Kesembuhan hanya dari ALLAH'
Saat anak bertanya :
'Ayah, kok burung bs terbang?'
Jangan hanya katakan :
'Iya, burung bisa terbang krn pnya sayap'
Tapi KATAKAN :
'Iya, ALLAH yg berkehendak & menggerakkan burung itu (->tanamkan tauhid), ALLAH berikan sayap & beri ptunjuk utk terbang (-> tauhid & ilmiah) sehingga burung itu bs terbang'
Saat anak meminta sesuatu :
'Ayah, belikan aku sepeda baru'
Jangan hanya katakan :
'Iya, nanti kalau ayah ada rezeki, ayah belikan'
Tapi KATAKAN :
'Iya, kita berdoa ya agar ALLAH berikan rezeki kpd kita sehingga adek bisa dpt sepeda baru'
Antar anak tidur dengan nama ALLAH, doakan anak sesaat ketika tidur & bangunkan anak dgn penuh syukur dgn nama ALLAH.
2. Setelah itu langsung tanamkan 'Islam adalah Din yg Allah ridhoi'
Tujuan utama menanamkan tauhid kpd anak adalah agar anak TAAT kpd Allah & Rosulnya.
Iman bukan hanya mengakui keberadaan Allah, namun jg TAAT pada perintah Allah.
Syetan mengakui keberadaan Allah, tp tdk taat pada perintah Allah, maka tdk bs disebut beriman.
▶ Ajarkan Adab dalam islam.
Contoh :
' ALLAH perintahkan kita utk sholat'
'Sebelum makan kita berdoa'
'Rosul mengajarkan utk bicara santun'
'Rosul ajarkan kita untuk sholat di awal waktu'
dsb..
Tingkatkan ketaatan anak sampai pada sikap wala' & bara' -> Takut & Hanya bergantung kepada ALLAH
Landasan : Al-An'am : 78, Al-Mumtahanah : 4, Yunus : 41, Hud : 54, dll
Sehingga anak menyadari bahwa ia beribadah & melakukan semua aktifitasnya hanya krn ALLAH.
Jika sdh pada tingkatan , anak akan dgn sukarela belajar Al Qur'an & beribadah sesuai perintah ALLAH.
Mengajarkan Al Qur'an, mengajarkan adab, mengajarkan ibadah bisa dilakukan bersama2, namun tetap menanamkan Tauhid tidak boleh dikesampingkan bahkan ketika anak masih dalam kandungan.
▶Mahabbah & Ittiba' Rasulullah
Obejctive :
Anak kita, belum sempurna imannya sbelum kecintaannya kpd ALLAH & Rasul-Nya melebihi kecintaannya kpd ortu & orang lain yg ia cintai.
Ittiba' Rasulullah :
Ali Imran : 31
Metode :
- Bimbing bershalawat sebanyak-banyaknya
- Membaca doa setelah adzan & doa2 sehari2 sesuai kebutuhan anak.
- Kisahkan tentang kehidupan pribadi Rasulullah, bacakan shiroh ttg Rasulullah.
"Rabbana hab lana min azwajina wa dzuriyatina qurrata a'yunin waj 'alna lil muttaqina imaman"
"Ya Tuhan kami, anugerahkan kpd kami pasangan kami & keturunan kami sbg penyejuk hati kami & jadikan kami pemimpin bagi orang2 yg bertaqwa'
(QS. Al Furqan : 74)
Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam
MAJELIS AYAH Presented by Kokoh Keluarga Indonesia
Intro :
16.03.15
Hy mommies,
Tipe orangtua yang mana kah kita?
Semoga artikel di bawah ini dapat menjaga semangat kita untuk tetap menjadi orangtua yang dibutuhkan anak-anak kita.
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE : www.sekolahorangtua.com
"Halo, selamat siang Pak. Saya Indri pembaca buku Hypnoparenting. Saya ingin minta waktu Bapak untuk konsultasi tentang masalah anak saya. Apakah Bapak ada waktu?" demikian suara di seberang telepon. Setelah saya tanyakan apa masalahnya kemudian kami menyepakati jadwal bertemu.
Masalah Irwan, anak Ibu Indri, adalah masalah motivasi belajar. Irwan duduk di kelas dua sekolah dasar. Karena ada masalah belajar maka nilainya jelek dan akhirnya ia jadi minder di hadapan teman-temannya. Tidak berhenti sampai di situ saja. Ia sering berkelahi dengan temannya dan berselisih dengan guru dan orangtuanya. Ibu Indri sering dipanggil oleh guru Irwan dan sang guru sudah angkat tangan terhadap masalah tersebut.
Pada hari yang telah disepakati saya menemui Ibu Indri dan Irwan. Setelah ngobrol ringan beberapa saat saya mengetahui bahwa Ibu Indri dan suaminya adalah tipe orangtua ketiga.
Orangtua tipe pertama adalah orangtua pencegah masalah, orangtua tipe ini sering saya jumpai dalam seminar ataupun pelatihan intensif yang saya berikan.
Orangtua tipe kedua adalah orangtua pencari solusi. Mereka mencari solusi atas permasalahan anaknya. Tipe ini juga sering saya jumpai di seminar saya dan tak jarang berlanjut ke janji konsultasi dan terapi.
Tipe ketiga adalah orangtua yang tahu beres. Tipe ini hampir tidak pernah saya temui dalam seminar saya tetapi sering langsung datang ke ruang konsultasi dan terapi.
Orangtua tipe ketiga, seperti Ibu Indri dan suaminya, datang ke ruang terapi dengan harapan bahwa masalah anaknya langsung beres. Mereka berharap saya adalah makhluk ajaib yang langsung bisa menghipnosis anaknya untuk menuruti keinginannya.
Ketika mereka tahu bahwa proses perubahan anaknya menuntut proses perubahan diri mereka sendiri maka mereka jadi terheran-heran. Orangtua tipe ketiga sering tidak menyadari bahwa permasalahan anaknya bersumber dari pendekatan yang salah yang mereka lakukan sejak anak tersebut menjalani proses tumbuh kembangnya. Orangtua tipe ketiga sering menganggap bahwa anaklah yang sepenuhnya bertanggung jawab atas masalahnya. Mereka benar-benar susah untuk menerima kenyataan bahwa merekalah pemicu utama dari tindakan anak-anaknya.
Mengapa bisa begitu? Karena pada awal mulanya anak-anak hanya merespon sikap dan tindakan orangtuanya. Ketika orangtua mengulangi sikap dan tindakannya maka si anak juga mengulang respon yang sama. Dan akhirnya karena sering diulang maka hal ini menjadi kebiasaan dan karakter si anak.
Setelah saya memberikan masukan pada Ibu Indri dan suaminya tentang masalah Irwan kemudian saya mulai membantu Irwan secara pribadi untuk mulai mengubah cara pandangnya. Pada dasarnya ia anak yang sangat baik dan cukup punya pengertian tentang berbagai masalahnya. Ia mulai menyadari bahwa kejengkelan terhadap orangtuanya yang sering menjadi pemicu dari sikapnya. Saya meyakinkan padanya bahwa papa mamanya akan mengubah pendekatan mereka padanya. Setelah itu kami berpisah.
Satu bulan kemudian Ibu Indri menelepon saya untuk minta waktu lagi. Ia mengatakan bahwa perubahan anaknya hanya terjadi dua minggu saja. Setelah itu sikapnya balik lagi seperti semula.
Singkat cerita kami bertemu kembali. Dan saya tahu apa yang harus saya katakan pertama kali untuk memeriksa kembali kasus ini. Pertanyaan saya pertama adalah seberapa konsisten ibu Indri dan suaminya menjalankan apa yang saya minta. Mereka langsung mengatakan bahwa mereka susah sekali untuk mengubah pola pendekatannya ke Irwan. Mereka sering kembali lagi ke pola lama mereka yang menggunakan bentakan, cemoohan dan perkataan yang merendahkan secara tidak langsung. Mereka sering mengambil jalan pintas.
"Lalu saya harus bagaimana lagi. Saya sudah jengkel dan tak sabar melihat sikapnya. Saya kan masih banyak pekerjaan lain. Saya tidak mengurusi dia saja kan?", demikian Ibu Indri membela dirinya.
"Kalau begitu siapa yang harus mengurusi Irwan yang masih sekecil itu?", demikian saya ingin tahu jawabannya. "Lha saya kan sudah sekolahkan dia. Saya sudah panggilkan guru les ke rumah untuk menemaninya belajar. Saya sudah sediakan pengasuh khusus untuknya. Apa lagi yang harus saya lakukan?", demikian katanya setengah putus asa.
Hmmmm tapi bukan itu saja yang dibutuhkan Irwan. Mereka semua tidak bisa memenuhi tangki cinta Irwan. Hanya Ibu dan Bapak yang bisa melakukannya. Dan Irwan benar-benar mengharapkan hal itu dari Bapak dan Ibu tetapi ia jarang mendapatkannya. Kedekatan fisik Bapak Ibu tidak berarti kedekatan emosional. Masalah ini hanya bisa diselesaikan jika bapak Ibu berkomitmen pada diri sendiri untuk melakukan perubahan sehingga akhirnya Irwan akan meresponnya dengan cara berbeda pula. Bapak Ibulah yang menjadi terapis utama bagi Irwan bukan saya! Secanggih-canggihnya saya melakukan hipnoterapi pada Irwan tetapi jika Bapak Ibu di rumah, yang jelas lebih banyak berhubungan dengan Irwan, tidak mendukung tumbuhnya kebiasaan baru maka cepat atau lambat hasil terapi akan terkikis habis! demikian saya menjelaskan.
Dari contoh kasus di atas jelas sekali bahwa peranan orangtua sebagai terapis bagi anaknya sendiri sangat besar. Orangtua adalah akar dari sebuah pohon yang akan menyerap segala nutrisi yang ada di sekitarnya dan kemudian menyalurkannya ke anak sebagai buah yang ada jauh di atas pohon. Untuk menghasilkan buah yang baik maka akarnya yang harus diperhatikan agar bisa menyalurkan nutrisi yang baik dan berguna bagi bakal buah yang akan berkembang. Ketika buah sudah sudah muncul maka perlakuan kita untuk mengubahnya hanya mempunyai pengaruh yang kecil atau bisa jadi terlambat.
Bagaimanakah dengan diri kita sendiri? Termasuk tipe orangtua manakah kita? Saya percaya artikel ini jatuh ke tangan orangtua tipe pertama dan kedua. Orangtua tipe ketiga yang tahu beres tidak akan mau repot membaca artikel ini.
Bila Anda punya teman atau kerabat yang tipe ketiga, email atau beritahukan artikel ini pada mereka agar cepat sadar / tobat demi masa depan anak-anaknya. Salam hangat penuh cinta.
Intro :
17.03.15
Hy mommies,
Semakin anak bertumbuh, berkembang pula kemampuan bicaranya.
Dari pertanyaan singkat seperti,
"Ini apa?"
"Itu apa?"
"Kenapa begitu, kenapa bgini?"
Menjadi lebih luas lagi lingkup pertanyaan.. tentang dirinya, tentang lingkungannya, sisi religius, tentang aturan2. Tentang sibling rivalvy. Dsb.
Buku ini merangkup semua pertanyaan yg paling umum anak ajukan beserta jawaban terbaik.
Yang mau ebooknya. Silahkan ngacung.
Nb.
Karena ini termasuk bahasan artikel yang bagus.. maka admin ada rencana membahas satu persatu pertanyaannya untuk kita diskusikan bersama, mengingat kemungkinan ada kultur budaya yg berbeda dengan dunia "barat" melalui sharing dan diskusi siapa tahu lebih cocok lagi untuk kita terapkan.
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
0 comments