TRLT - Bagian 1 Disiplin: Pembuka.

By Cicits - February 02, 2022





Masalah dan Rasa Sakit . 

"Setiap hal yang terjadi dalam hidup, ada untuk membantu kita tetap tumbuh"

Penulis mengawali tulisannya dengan mengatakan bahwa; HIDUP ITU SULIT. Ini adalah sebuah realita dan kebenaran terbesar dalam kehidupan. Hidup baru hanya akan terasa lebih mudah justru saat kita menerima kenyataannya. Banyak orang yang tidak melihat kebenaran ini secara utuh. Seolah-olah hidup harusnya tidaklah sulit, karenanya jutaan orang berkerja keras mati-matian demi mencapai kehidupan yang membahagiakan (padahal kerja keras itu sendiri merupakan pengorbanan dan kesediaan dalam penderitaan).

Manusia umumnya sering menyamakan kesulitan = rasa sakit. Sehingga kita meyakini bahwa kesulitan yang menimbulkan rasa sakit seharusnya tidak terjadi dan tidak menimpa kita. Kesediaan menghadapi masalah yang kerap membawa perasaan-perasaan ini; rasa malu, frustasi, kesedihan, kemarahan [hingga darah rasanya bergolak], kedukaan, kesepian, rasa bersalah, penyesalan,  ketakutan, kekhawatiran, penderitaan atau bahkan depresi, perasaan ini sudah jelas-jelas tidak nyaman, tidak menyenangkan, tidak menguntungkan, rasa sakitnya bahkan terasa sama dengan rasa sakit di bagian tubuh, sama seperti sakit yang paling parah. Perasaan-perasaan inilah yang kita kemudian sebut sebagai Masalah.

Yah, hidup sejatinya adalah serangkaian masalah. Tanpa akhir. Tinggal kita ingin mengeluhkannya atau memecahkannya? kita setidaknya mulai memiliki keyakinan baru terhadap masalah, supaya kita bisa mengajari anak-anak kita untuk menjalani hidup dengan selayaknya- memecahkan setiap permasalahan yang datang.

Bukan dengan mati-matian untuk mengabaikannya, sembunyi atau lari dari masalah, kita belajar untuk tidak takut, berani menerima realita dan menyambutnya "Okay, Here is the trouble come"  maka kita siap untuk memulai keseluruhan proses penemuan dan pemecahan masalah, dalam proses itulah kita akan bertemu dengan makna kehidupan. Dari berbagai masalah itulah [akupun menyadari] lahir keberanian dan kebijaksanaan  yang mengembangkan/menumbuhkan jiwa manusia, secara mental dan spiritual. 

Rasa sakit itu, jangan ditakuti. Mungkin begitu nasihat yang ingin disampaikan oleh Scott Peck. Rasa sakit itu memang seperti namanya, sakit. Tapi jangan ditakuti dan jangan ketakutan. Kita telah dididik dari generasi ke generasi untuk menjauhi beragam rasa sakit. Kita lebih terampil untuk menghindari masalah, mengabaikannya, melupakannya dan canggihnya; berpura-pura tidak ada masalah. Sebagian terus mencari pengalihan untuk sembunyi dari masalah, sebagian lagi dengan mengkonsumsi obat-obatan, sebagian lagi memilih tak sadar untuk menderita sekujur tubuh daripada berhadapan langsung dan menghadapi penderitaan yang dibawa masalah.

Jika kita kini melihat banyak penyakit mental yang timbul pada manusia, dasar utamanya adalah kecenderungan untuk menghindari masalah dan penderitaan emosi yang secara alami ada di dalam masalah. Kemampuan manusia 'mengembangkan' pelarian diri dari masalah memang luar biasa, kita bergerak sejauh mungkin dari masalah, mengambil jarak jauh itu untuk membuat semuanya nampak jelas dan masuk akal dan kadang tidak realistis, fantasi rumit yang kita bangun hanya untuk menemukan jalan keluar yang paling instant. Tanpa upaya penyembuhan dalam penyakit mental yang kronis ini, jiwa manusia akan semakin menyusut dan menyusut, mungkin hingga akhirnya gila atau mati.

Jadi benar, penderitaan menghindari masalah terkadang jauh lebih menyakitkan daripada penderitaan logis yang muncul dari masalan aslinya. Kita semua menderita Neurosis [Gangguan stress berkepanjangan namun tidak mempengaruhi pemikiran rasional] dan ada cukup banyak orang yang memiliki keberanian untuk menghadapi Neurosis ini dan belajar caranya menjalani penderitaan logis. [Jika dipikir-pikir, apapun pilihannya, tetap saja kita harus mengalami "penderitaan" hanya saja hasil dari menerimanya jauh lebih "menguntungkan']

Scott Peck mengajak kita dan anak-anak kita untuk mempelajari metode pencapaian kesehatan mental dan spiritual yaitu dengan cara mengajari kita dan anak-anak tentang kebutuhan untuk menderita dan menghargai nilai dari penderitaan itu, serta kebutuhan untuk menghadapi masalah secara langsung dan kebutuhan untuk mengalami rasa sakit yang terkandung di dalamnya. 

Disiplin, dinyatakan oleh Scott Peck adalah Seperangkat peralatan dasar yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan kehidupan. Menjadi jelas bahwa Disiplin adalah teknik penderitaan. Karena saat kita mengajarkan disiplin kepada diri kita dan anak-anak kita, maka kita mengajari diri kita dan anak-anak kita, cara untuk menderita dan juga cara untuk tumbuh. Sehingga dapat disebut bahwa disiplin adalah perangkat, teknik penderitaan dan cara mengalami rasa sakit secara konstruktif.

Ada 4 jenis disiplin yang akan diajarkan oleh Scott Peck yaitu sebagai berikut:

1. Disiplin-Untuk Menunda Kepuasaan

2, Disiplin- Untuk Menerima tanggung jawab

3. Disiplin- Untuk berdedikasi terhadap kebenaran

4. Disiplin- untuk hidup dalam Keseimbangan.

Perangkat diatas bukanlah teknik rumit dan kompleks, sebaliknya amat sederhana hingga anak usia sepuluh tahunpun dapat mempraktikannya. Namun demikian, acapkali raja-raja yang tengah berkuasa lupa untuk menggunakan peralatan ini, yang akhirnya menjadi penyebab kelengseran mereka. Jadi ini benar-benar bergantung pada keinginan untuk menggunakannya, yang berarti melibatkan rasa sakit dan menghadapi penderitaan logis, tidak semua bersedia, umur dan kekuasaan tidak menjadi patokan. 

Perangkat ini akan dianalisis, namun juga harus diuji dalam penggunaannya di bagian tentang Cinta (bab selanjutnya). 




 








 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...