ALIF : Alhamdulillah it’s Friday

Yah saya pernah juga sih ke daerah Yogyakarta dan sekitarnya  waktu SMA buat study tour, itu pun agak tidak menikmati perjalanannya karena saya mesti ngurus temen yang kerjaannya mabok perjalanan *capede*trus nginepnya di semacam hostel, lumayan sih AC dan kamar mandi dalam, tapi suasana bangunannya tua dan spooky abis. Aslinya saya memang ga suka jalan-jalan atau berwisata. Tanyakan ibu saya, yang Cuma mau ngajak saya wisata ke Taman Safari pun harus pake marah-marahan dulu. Saya emang ga demen jalan-jalan, saya ga demen sama waktu yang dihabisin di jalan terlalu lama daan sampe sana tinggal capek doang ngikutin rombongan kesana dan kemari. Mendingan saya dirumah, tidur dan baca buku. Hasilnya? Gagap wisata. Hehe.

Sudah bekerja, lain lagi cerita, kerjaannya *kadang-kadang* jalan keluar kota juga. Namanya kerja ya, otomatis ga bisa jalan-jalan, tapi biar ga rugi Bandar, malam-malam saya usahakan keliling kota Cuma buat sight viewing kaya apa sih keadaan di kota itu, explore lah niatnya. Kerja begini saya selalu mendapat fasilitas terbaik, ga pusing soal makanan, soal akomodasi yang paling ngga di Hotel Bintang 4, soal transportasi tinggal di jemput. Kadang duit pas berangkat sama pulang utuh. Mantap. Hehe.

Makanya, tetep, pas saya punya tiket low fare ke Bali dan Singapore tahun depan *note: dipake kalau dalam keadaan tidak hamil J* dan setelah habis-habisan mantengin blog travel yang rata-rata backpakeran, saya mikir, okelah saya bisa diajak irit soal makanan dan transportasi, tapi kok masih ga rela ya kalo pas akomodasi? Hiks L, karena walaupun konon hotel Cuma buat tidur dan nyimpen barang, saya ga bisa huhuhuu sharing kamar sejenis dorm atau meski ada yg private tetep enggak mau jugakk, maunya paling enggak yang ada bintang nya deh *nyengir* soalnya saya bisa pingsan kalo share kamar mandi, sebagai pecinta toilet private *dan harus besih* yang ini jelas tidak bisa di kompromikan. Makanya pas saya cerita sama hubby soal ayo travel oversea ala backpacker, responnya hanya ; ‘kamu mana bisa kaya gitu, standar kamu khan..?’ eh iya juga, jawab saya dalam hati kecil teramat dalam.

Wah, sudah lama juga saya tidak mencatat apa-apa di blog ini. Dan sekarang terlalu random untuk fokus pada satu hal.

Sekarang masih flu dan suara parau-parau ga jelas. Masih ada sisa dongkol juga kalo inget ke kerjaan yang kebanyakan di curigain. Seperti yang saya bilang, kerja di bagian Purchasing, yang konon katanya ‘Ladang basah’ kadang-kadang ngeseliinn. Sudah capek-capek kerja penuh tekanan, masih ada juga yang curiga ga jelas.  Kadang saya kesel, mending kalo beneran saya pelaku korupsi, kalau bukan? Toh jadinya fitnah aja khan. MasyaAlloh. Sabar. Sabar.

Ah ya, satu lagi. Saya lagi menjauh dari teman-teman di kantor. Maksudnya, saya benar-benar menjaga agar hubungan ini sebatas hubungan kerja saja. Ga ada hubungan pribadi, ga ada curhat-curhat. Ga ada pinjam meminjam. Ga ada main bareng keluar. Pokoknya kerjaan semata. Titik. Saya capek liat orang yang hobinya nyari temen buat ngomongin orang, nanti pas dibelakang dia ngomongin balik, ada juga yang kebanyakan prasangka. Satu yang mereka ga sadar, kok bisa ya mereka menyalahkan nasib/keadaan mereka sendiri  ke tangan orang lain? Bahkan saya pernah di bilang kalau kejadian yg saya dengan Lintang adalah karma. Naudzubillahimindzalik.

Bukan saya bilang begini, karena hubungan saya dan si Boss baik. Hubungan saya sama boss, standar saja. Saya menjaga privasi masing-masing. Saya jarang cerita atau dengan sengaja menceritakan si anu dan si itu untuk memberi komentar-komentar.  Saya bukan orang yang seperti itu, lagipula, buat apa, di kehidupan sehari-hari saja saya tidak tertarik dengan urusan pribadi mereka. Saya saja sudah berkali-kali dibanting banting oleh masalah, di omelin sama boss berjam-jam, kalo kedekatan menjadi tolak ukur kasian juga ya, gimana tuh kalau saya lagi diskusi lama sama si boss, mereka mikirnya saya lagi ngomongin, kesian juga ya tersiksa bathinnya.

Tapi mestinya cara pandang mereka lebih baik karena mereka semua lebih tua daripada saya. Ah, sudahlah. Apalah hendak di kata. Yang pasti saya hanya mengucap ta’awudz kalau kebetulan saya mendengar selentingan mereka yang hobi menyindir. Saya pokoknya tak mau sok akrab-sok dekat. Bahkan kalau bisa menghindar sejauh mungkin *demi ketenangan bathin* hehe.

Oh iya, ini foto jendela kamar depan. Ceritanya ini baru saja di pasang teralis (25Sept). Setelah di pasang saya merasa ada di dalam sangkar haha. Can hardly wait minggu depan dipasang gordennya. Gorden pilihan saya sendiri yang melalui proses panjang karena harus merajuk ke Hubby dulu :D

Sekarang saya sedang memikirkan ini : Kematian.
...


Entah


Kenapa
..

Mungkin mimpi-mimpi itu. Mungkin kejadian yang kerap saya alami akhir-akhir ini. Entah banyaknya drama pembunuhan di CSI, NCIS atau Criminal minds. Tapi saya memang menyaksikan sendiri, kepergian Bapak dan Mamah (in law), kepergian anak saya. Dan beberapa moment yang membuat saya rasanya dekat sekali dengan kematian. Bahkan akhir-akhir ini saya bicara pada suami jika salah satu diantara kita pulang, kita akan dimakamkan dimana. Saya bahkan ingin menabung untuk membeli tanah pemakaman untuk keluarga (Karena pemakaman keluarga saat ini sudah penuh untuk dua generasi diatas saya)
Saya sudah lama menghindari ajakan hati saya untuk membicarakan hal ini. Jujur saja saya takut. Rasa-rasanya tiba-tiba kok memikirkan kematian seperti ‘pertanda’ waktunya mendekat. Jadi sebisa mungkin saya menyimpan rapi dan melipat pembahasan ini. Tapi, kenapa terus saya simpan, jika teman saya saja bisa men-sign kan emailnya dengan kata-kata :

"The smart man is the man that remember and always thinking about his death."

Bangun pagi ini saya merasa kelelahan. Saya selalu bermimpi. Ada mimpi yang tanpa arti. Mimpi yang membuat saya bahagia. Mimpi yang meskipun keras-keras coba saya ingat tapi tetap ga bisa diingat juga. Ada mimpi yang membuat saya kehabisan tenaga apalagi kalau saya sedang bermimpi menghadapi mahluk halus.

Dan tadi malam saya mimpi lagi. Saya (kembali) mimpi menusuk wajah syaithon dalam wujud perempuan. Persis seperti saya memimpikan memotong leher mahluk halus pada saat saya mengandung Lintang (yang kemudian saya langsung demam tinggi dan akhirnya saya + Lintang sakit). Saya juga memimpikan semua keluarga besar baik dari pihak saya dan Hubby. Semuanya. Sampai ke kakak ipar dan keponakan. Lantas saya berfikir, apakah ini tandanya saya akan berpisah dengan mereka semua? Astaghfirullahaladzim.

Kemarin, saat saya dalam proses melahirkan Lintang. Ari-ari Lintang ketinggalan didalam perut saya, saat itu yang saya rasakan sehabis melahirkan, saya di papah Ibu menuju kamar mandi, darah seketika mengalir deras, lalu rasa mual langsung melesak kedada, kepala saya berat dan saya hampir kehilangan kesadaran, pas saya kembali ke tempat tidur, rasanya saya melayang-layang, suara ibu dan Hubby terdengar sayup-sayup, kemudian saya tertidur (entah pingsan atau benar-benar tidur) pas bangun rasanya badan saya lemas sekali untuk turun kontrol ke ruang dokter ( jarak melahirkan sampai kemudian ari-ari dikeluarkan dengan proses kuretase sekitar 4 jam-an)

Besok2nya, teman dikantor cerita kalau sahabatnya meninggal karena ari-ari anaknya tertinggal didalam perut. Astaghfirullahaldzim, Mungkin saat itu belum waktunya saya pulang, Alloh masih menyelamatkan saya. Tapi saya tetap takut, merasakan pernah berada sedekat itu dengan kematian L.

Saya adalah pemimpi. Dalam arti kiasan dan arti sebenarnya. Saya banyak bermimpi dan kadang saya merasa Tuhan berbicara pada saya lewat mimpi. Saya pernah bermimpi melihat Bulan turun ke bumi (kemudian saya mendapatkan pekerjaan baru). Saya pernah bermimpi melihat titik disuatu tempat berwarna gelap (kemudian saya sadar, hey, itu khan lokasi Rumah kami sekarang). Saya mimpi masuk kedalam rumah yang banyak genangan air dan melihat kuda besar dan anjing kecil (saya googling, katanya akan memiliki anak) dan benar, kemudian saya hamil dengan penuh airmata L. Dan saya pun (pernah) bermimpi meninggal.

Itu adalah mimpi tersedih yang saya tanggung dalam hati. Jam 2 malam saya bangun kemudian terisak-isak dikamar, lalu setelah tahajud saya menelpon sahabat baik saya Mbak Laila (saat itu saya belum menikah).

Saya masih ingat saat itu, saya melihat suami saya naik kendaraanya di pom bensin dekat Perumahan Central Park (Saya ga tahu saat saya mimpi itu, central park sudah ada atau belum), saya melihat suasan hari itu mendung sekali mungkin baru subuh menjelang pagi. Lalu saya melihat tenda didirikan di halaman rumah saya dengan tiang-tiang yang usang, ada beberapa orang yang duduk di kursi-kursi yang tidak rapi barisannya. Saya melihat Hubby, melihat Ibu saya, saya ada disana, tapi tembus pandang, mereka tidak tahu saya ada, wajah Hubby kelihatan sedih sekali. Merana. Dan saya yang hanya bisa menjerit keras tapi suara saya seperti kedap. MasyaAlloh sedih sekali. Tak tertanggungkan. Tak sanggup jika benar terjadi, setidaknya untuk saat ini.

Saya memohon kepada Alloh agar diizinkan melahirkan anak-anak kami. Diizinkan mengurus suami saya hingga Beliau menua. Diizinkan membesarkan keturunan yang sholeh dan sholehah agar bisa membantu mengirimkan doa saat saya dan hubby meninggalkan dunia ini. YaAlloh, dengarkanlah Hamba. Selamatkanlah Hamba dan suami hamba serta Ibu bapak kami.

Saat ini, saya masih punya hutang kepadaNYA, janji saya untuk kembali berhijab jika saya sudah menikah. Banyak kejadian yang mengingatkan saya untuk segera berhijab. Saat ini saya sedang mengusahakan sekuat tenaga. Saya tidak bisa menceritakan kenapa saya belum berjilbab karena alasannya bukan dari hati saya sendiri, namun saya ikhlas kepada ketentuan Illahi terhadap apa-apa yang DIA kehendaki kepada saya. Saya hanya takut, saya meninggal saat belum menutup aurat, belum berbakti kepada Ibu saya, kepada suami saya. Saya takut meninggal jauh dari rumah. Saya takut meninggal sendirian. Saya takut meninggal tidak dalam keadaan khusnul khotimah. Saya takut sekali.

YaAlloh ya Rabb, Aku ini milikMU, segala yang ada padaku adalah punyaMU. Tak mungkin aku memintaMU mempercepat atau menangguhkan kematianku. Namun, YaAlloh, kasihanilah hambaMU ini yang hanya bisa berharap semoga ketentuanMU telah memberiku kesempatan dan waktu untukku menyiapkan amal ibadahku, teman seperjalananku menjalani kehidupan Akhirat yang selamanya dalam keabadian.
Dunia dan segala isinya ini begitu berat untuk ditinggalkan. Kasih sayang dan cinta suami. Ketulusan seorang Ibu. Hangatnya persaudaraan. Anak-anak yang dicintai melebihi apapun. Uang yang bisa membeli apa saja. YaAlloh, Astaghfirullahaldzim.

Siapkanlah aku YaAlloh, bukan hanya ketika kematian dalam hitungan bulan lagi, tapi siapkanlah aku YaAlloh untuk menghadapi kematian dalam hitungan puluhan tahun kedepan, agar aku tak pernah lupa, bahwa mutlak setiap yang bernyawa berakhir dalam kematian. Ingatkanlah aku untuk tidak mensia-sia kan usiaku. Ingatkanlah aku untuk senantiasa menyiapkan amal, membersihkan hati dan fikiran untuk siap menjalani perjalanan menghadapMU. YaAlloh, dunia yang aku cintai ini, suami, anak-anak dan orangtua kami, semoga berkenan Engkau persatukan kembali dalam JannahMU.

Oh ya, saya pernah bermimpi juga, shalat di Masjidil Harom, beribu-ribu shaf, mungkin tidak terhitung menghadap kiblat dengan cahaya di ujung yang sangat terang benderang, namun sayangnya saya ada di shaf paling akhir. Namun tetap saya bersyukur bahwa itu akan jadi pengingat bagi saya, Bahwa Alloh mencintai saya, untuk setiap mimpi dan kehidupany nyata, ALLOH tak pernah meninggalkan saya. saya akan selalu ada di jalanNYA. Amin yaa Rabbal’Alamiin.

lalu diangkutlah kerumah saya dan Hubby. Tujuannya untuk mempercantik taman dihalaman rumah. Sewaktu dibawa, pohon ini masih kurus banget, dia cuma sebatang tinggi, dengan daun panjang menjuntai-juntai. Kurang lebih 4 bulanan kemudian,  dia berbunga. Cantik banget.

Gambar ini saya ambil  pas Hubby lagi nyiramin halaman sore-sore. Jadi kaya semacam ada bulir-bulir air, itu bukan dari embun kok. Musim kemarau udah lama banget berlangsung.
Dibawahnya ada rumah Keong racun ya. Kosong. Itu sebenarnya rumah keong yang tinggal di pot melati air yang dikasih Bibi saya. Emang sengaja enggak saya buang. Lucu aja.

Siapa tahu suatu hari ada keong yang butuh rumah dan silahkan saja kalau mau menyelinap kedalam sana, hehe. Oh ya, bunga ini juga viewnya pas banget di depan jendela kamar depan. Setiap mau sholat kelihatan lah warna bunga itu. Indah (lagi).

Saya selalu menyukai proses. Bagaimana melihat sebatang pohon yang cuma berdaun hijau polos, bisa menghasilkan warna lain dan keindahan seperti itu. Subhanallah. Saya mudah bahagia dari hal kecil-kecil saja seperti ini. Sayang jika tak diabadikan rasanya..

Semua perasaan-perasaan dan kestabilan temperamen saya memang bergantung pada Hubby seorang. Pernah, saya jadi males banget kerja, jadi ga konsen kalo Saya dan Beliau lagi bermasalah. Tapi lebih sering saya semangat kerja kalo teringat disana Hubby lagi kerja keras juga, cari uang buat membangun keluarga kecil kami.

9 tahun serumah sama kamu, ..../ Bahagia. Bahagia. Bahagia.

Saya pernah juga kesel sama Hubby. Kesel banget juga pernah. Walau dia adalah sumber cahaya saya *ejiye bahasanya* tetep yang namanya hidup satu rumah, setiap hari ketemu, ada aja yang bikin kontra. Dari hal kecil sampe yang gede. Dari berantem yang diem2an berhari-hari sampe yang keras2an. But, That’s marriage life. Kita ga bisa expect pasangan kita sempurna. Ga ada. Tapi saya percaya, kekurangan Hubby masih dibatas toleransi yang bisa dimengerti. Kadang saya punya ego begitu juga Beliau. Hubby juga pasti tahu benar banyak kekurangan saya, tapi masih, kita pulang kerumah yang sama, berbagi semuanya bersama-sama. Indah. Indah. Indah.

Coba bayangin, udah sekolah pinter-pinter dari kecil, ikut-ikut lomba ini itu, ikut organisasi ini itu, kuliah bener, karir udah mulai bagus, eehhh.. ga sesuai sama kodrat sebagai seorang istri *menurut saya lho ya, maaf kalau salah*

Saya juga udah mikir buat merencanakan kemungkinan saya berkarya di bidang lain. Yang  tidak menyita waktu banyak. Apalagi kelak kami akan memiliki anak-anak. Dengan lot pekerjaan seperti sekarang ini, rasanya saya tidak akan maksimal mengurus mereka. Memangnya apa sih yang saya kejar? Apa sih yang saya mau? Saya sekolah dari kecil sampe besar, dari belum tahu apa-apa sama sekali jadi sedikit tahu, dari yang engga bisa punya uang sampe bisa kasih ke keluarga. Hubby juga pernah bilang bahwa Bekerja keras dan mencari nafkah itu ada di pundak suami. Saya yakin, bahwa Hubby bisa menjaga dan memenuhi kebutuhan saya, tanpa saya harus bekerja. Tapi meski sebagai istri, saya adalah anak dari seorang Ibu yang ingin terus berbakti kepada Ibunya. Saya ingin sekali menabung supaya bisa memberangkatkan Ibu ke Tanah Suci, itupun rasanya tak akan pernah jadi sepadan dengan pengorbanan beliau kepada saya sejak saya dalam kandungan.

Kemarin, Hubby cerita satu hal yang membuat seketika sekujur tubuh saya lemas seperti kehilangan darah. Saya tahu persis keluhan Abi kalo lagi sakit dan sepertinya ia kena Kolesterol tinggi. Duh Gusti, fikiran saya langsung takut. Kolesterol jahat berefek pada jantung dan stroke. Saya sungguh tidak akan sanggup hidup tanpanya. Karena itulah keinginan saya untuk memikirkan kesempatan resign ini semakin melebar.

Tapi hidup bersama suami saya ini, Bahagia. Alhamdulillah adalah kata yang mewakili segalanya.

Alhamdulillah. Kemarin saya bisa menginjakkan kaki ke Palembang lagi. Dulu pernah kesana dengan adik saya, Putri, sekitar Bulan May 2009. Dua tahunan yang lalu. Udah lama juga ya.

Kalau dulu acara utamanya jalan-jalan aja, sekarang pure buat kerjaan. Dua hari yang padat dihabiskan dengan keringat bercucuran dan kepala cekot-cekot karena banyak banget kerjaan. Walau status saya sebagai witness, tetep dong harus mengikuti semua prosedur kerjaan tanpa terkecuali J
Hari pertama kerja dan siap check in ke Hotel, sekitar 40 menit perjalanan menuju kota dimana saya dan team mampir sebentar makan malam di Restoran Padang Pagi sore (Yang menurut teman saya, kompetitornya adalah: Resto Siang Malam  -___- , coba ya apa ngga ada judul laeen)

Beres makan langsung check in, jam 7.30pm malam saya sudah dikamar. Tapi males duduk di kasur, soalnya semua yang melekat di badan berbau dollar, hahaaa. Maksudnya bau karet yang mana orang-orang yang tahu, harga karet itu MasyaAlloh mahalnya. Jadi alih-alih saya malu-malu di depan banyak orang karena aroma khas, toh mereka warga Palembang sudah tahu juga, kalau bau khas yang sedaaap itu adalah bau Karet. Maklumlah mereka (sepertinya ya).
Nah, habis kotak-katik channel TV sebentar saya langsung mandi, karena akan ada teman yang mau ajak tour singkat di Palembang jadi saya buru2, ga pake keramas pulak. Soalnya... Soalnya, saya ga tau dimana Shampoonya #jengjeng! Beneran, biasanya kalo check in ke Hotel ato Rumah sakit :D, khan jelas, mana Sabun, Shampoo, Lotion, Sikat Gigi, laah ini? :D,


Oh iya sebelum kelewat, ini foto-foto kamar di Grand Zuri tempat saya nginep. Standard Room, not bad lah (walau saya ngiler berat pengen ke Novotel, apadaya semua hotel di Palembang penuuuhhhhhhhhhhhhh).

1. 
2. 

Keliling-keliling saya perhatiin kok Palembang beda banget sama dua tahun lalu saya datang ya, ternyata karena ada Event Sea Games makanya kota ini berbenah sedemikian cantik. Waktu keliling saya juga lihat cafe ala-ala kemang jakarta, fast food 24jam, lampu sorot ke bangunan yang bikin efek dramatis, flyer2 di jalan, bendera-bendera negara yang ikutan Sea games, wah metropolis sekali.

Malam itu sampe hotel dan sholat isya saya langsung masuk ke dalam selimut, sengaja saya nyalain MTV sepanjang malam, karena kalau sepi saya malah jadi takut. Apalagi biasanya tidur setiap bolak-balik ada Hubby disebelah. Yang paling ditakutin kalo ternyata kebangun tengah malem terus ga ada Hubby, sadar lagi jauh di kota orang bisa-bisa nangis (Ya, saya sadar emang sejenis istri yang manja benerr sama suaminya :D), tapi Alhamdulillah mungkin karena capek, tidur saya pulas sampe bablas.

Jam 07.30 check out dan kembali ke pabrik. Mulai kerja dan meeting lagi terus disempetin juga keliling plant disana. Oh iya, karena kemarau terlalu panjang, hutan-hutan disana banyak kebakar, banyak titik api dan juga pemadam kebakaran yang wara-wiri. Pemandangan kaya gini, ga ada di Pulau jawa :D

Jam 4 saya dan team merasa pekerjaan sudah hampir selesai, terus kami diantar ke Airport yang jaraknya Cuma 15 menit. Udah ga sempet lagi ke kota buat hunting oleh-oleh. Belanja di Airport pasti harganya sudah sedemikian tinggi, maka saya belilah ala kadarnya :D

Dan jam 11 malam saya Alhamdulillah sampai dirumah. Duh, udah pengen nangis liat hubby, kangen banget soalnya pas ditinggal lagi sakit L. Demikian catatan perjalanan kali ini, notes kecil-kecilan sih Cuma pas di pesawat banyak banget anak batita yang canti-cantik, lucu dan gemesin banget. Saya kangen Lintang tiba-tiba. Ah, saya memang selalu kangen dia dimana-mana J.

Alhamdulillah, September already. Bener ya, time flies banget. Tau-tau udah masuk kwartal terakhir 2011 J

Sejak hari pertama libur sampe kemarin, Saya dan Hubby diluar terus, bener-bener di maksimalkan untuk silaturahmi, dirumah sendiri Cuma buat istirahat kala malam menjelang, hehe. Saya juga lebaran di tanggal 30 Agustus, Pro Muhammadiyah, bener-bener semaleman itu gundah gulana (karena lemah ilmu agama sehingga takut salah kalo masih puasa, padahal sudah hari Raya) Jadilah lebaran pagi itu, saya dan Hubby berbuka dengan sarapan Mie Goreng, dilanjutkan Bento dan Pizza Hut seharian. Bener-bener jauh dari ketupat dan opor ayam :D, itu semua dikarenakan semua keluarga kami lebaran di tanggal 31 Agustus J, Sholat Ied pun kami di tanggal 31 karena di lingkungan terdekat nggak ada yang melaksanakan. Bener-bener lebaran yang aneh buat saya sendiri, rasanya jadi ada yang kurang.

Oh iya, tanggal 03 Syawal saya berkunjung ke Makam Lintang untuk pertama kalinya. Walaupun diperjalanan sudah saya kuatkan hati untuk nggak nangis, tetep sejak lembaran pertama surat yasin dibuka, airmata saya sudah jatuh berderai-derai. Secara kasat mata saya membayangkan, Lintang duduk di atas makamnya dan tangan kecilnya menghapus airmata saya yang berderai. Astaghfirullah, darah daging kami didalam sana tertidur dengan nyenyak di asuh dalam kasih sayang Alloh. InsyaAlloh saya ingin segera kembali untuk membuatkan nisan yang baik untuk anak kami, agar siapa saja yang datang (Lintang di makamkan di makan keluarga) bisa turut mengirimkan doa untuknya. Saya ingin memberi nama pada nisannya. Lintang Samudera. My dearest son.

Dan, ngomong2 soal kami Idea, kostum yang saya pakai buat lebaran :D, Subahanalloh enak banget di pakenya. Saya bener-bener pengen beli lagi dan lagi :D.

Welcome September. Welcome Defense. Welcome next pregnant. Bismillah.