Dilema Kerjaan

By Cicits - September 28, 2011

Wah, sudah lama juga saya tidak mencatat apa-apa di blog ini. Dan sekarang terlalu random untuk fokus pada satu hal.

Akhir-akhir ini kerjaan menggila :D Meeting setengah hari, sisanya di pake buat mikir dan akhirnya kerjaan semakin meliuk-liuk, dari selepas libur lebaran langsung keluar kota, sempet di arrange ke jambi juga, padahal badan udah gemeteran dan jumat kemarin mengambil cuti hanya untuk... sakit di rumah :D
Sekarang masih flu dan suara parau-parau ga jelas. Masih ada sisa dongkol juga kalo inget ke kerjaan yang kebanyakan di curigain. Seperti yang saya bilang, kerja di bagian Purchasing, yang konon katanya ‘Ladang basah’ kadang-kadang ngeseliinn. Sudah capek-capek kerja penuh tekanan, masih ada juga yang curiga ga jelas.  Kadang saya kesel, mending kalo beneran saya pelaku korupsi, kalau bukan? Toh jadinya fitnah aja khan. MasyaAlloh. Sabar. Sabar.

Makanya saat ini bener-bener udah mikir untuk bisa nabung buat modal usaha nanti, saya kepengen banget punya Day Care. Saya suka anak-anak. Dan saya tahu, saya ini lebih cocok sebagai konsultan atau seorang guru daripada menjadi bagian dari pelaku bisnis di dunia manufacturing, karena kalau ada department lain yang salah, maka saya akan banyak ceramah, hehee.
Ah ya, satu lagi. Saya lagi menjauh dari teman-teman di kantor. Maksudnya, saya benar-benar menjaga agar hubungan ini sebatas hubungan kerja saja. Ga ada hubungan pribadi, ga ada curhat-curhat. Ga ada pinjam meminjam. Ga ada main bareng keluar. Pokoknya kerjaan semata. Titik. Saya capek liat orang yang hobinya nyari temen buat ngomongin orang, nanti pas dibelakang dia ngomongin balik, ada juga yang kebanyakan prasangka. Satu yang mereka ga sadar, kok bisa ya mereka menyalahkan nasib/keadaan mereka sendiri  ke tangan orang lain? Bahkan saya pernah di bilang kalau kejadian yg saya dengan Lintang adalah karma. Naudzubillahimindzalik.

Duh, saya orang yang sadar sepenuh-penuhnya jangankan sebuah tragedi, bukankah sehelai rambut yang jatuh juga atas izin Alloh ya?, kalau misalnya saya jadi disebelin sama boss, itu pasti ada andil dimana kelakuan saya lah yang dinilai, bukan masukan-masukan orang lain, kalaupun ada masukan dari orang lain, mestinya si boss sendiri punya opini pribadi yang bisa nge-defense kalo kita orangnya bener kaya gitu atau engga. Selebihnya saya yakin itu izin Tuhan dan ada maksud di baliknya yang mestinya bikin kita jadi lebih baik.
Bukan saya bilang begini, karena hubungan saya dan si Boss baik. Hubungan saya sama boss, standar saja. Saya menjaga privasi masing-masing. Saya jarang cerita atau dengan sengaja menceritakan si anu dan si itu untuk memberi komentar-komentar.  Saya bukan orang yang seperti itu, lagipula, buat apa, di kehidupan sehari-hari saja saya tidak tertarik dengan urusan pribadi mereka. Saya saja sudah berkali-kali dibanting banting oleh masalah, di omelin sama boss berjam-jam, kalo kedekatan menjadi tolak ukur kasian juga ya, gimana tuh kalau saya lagi diskusi lama sama si boss, mereka mikirnya saya lagi ngomongin, kesian juga ya tersiksa bathinnya.

Simple saja, saya percaya hukum alam, kita kerjakeras, kita juga yang menuai hasilnya. Sisanya Izin Alloh yang memutuskan. Entah, kalau saya bilang tingkat kedekatan mereka sama Tuhan kurang, saya salah dong. Hanya Tuhan khan yang tau seberapa dekat hambaNYA. Belum tentu dimata Alloh saya lebih baik dari mereka. Alloh itu pemikirannya Ghaib dan tak terjangkau manusia. Walopun pernah dari mereka cerita kalo tidak lagi percaya akan Tuhan (karena di dera masalah yang itu-itu melulu *sebenarnya, berbanding lurus dengan kelakuannya sendiri*) atau yang satunya hobi banget ke orang pinter. Bukan berarti saya lebih baik.
Tapi mestinya cara pandang mereka lebih baik karena mereka semua lebih tua daripada saya. Ah, sudahlah. Apalah hendak di kata. Yang pasti saya hanya mengucap ta’awudz kalau kebetulan saya mendengar selentingan mereka yang hobi menyindir. Saya pokoknya tak mau sok akrab-sok dekat. Bahkan kalau bisa menghindar sejauh mungkin *demi ketenangan bathin* hehe.

Yang pasti enggak mungkin juga saya selamanya kerja di Pabrik begini. Saya kepengen jadi Ibu yang bisa ngurus anak saya sendiri dan tetap berkarya tanpa full seharian dan pemikiran. Tetep pengen buka Day care, tapi sementara untuk mengembangkan relasi, saya pengen banget bisa ngajar anak SMP di Al-Azhar deket rumah *dan siapa tahu dapat diskon kalau adik-adiknya Lintang sekolah disana* . Tapi paling enggak, Thesis dulu kali ya :D at least dua bulan tersisa sampai diberi lampu hijau untuk hamil kembali. Beneran deh saya ni udah ga boleh lagi semangat di ucapan aja, tapi juga di lakukan, hahaha.. emang itu yang paling malesin hihiii.
Oh iya, ini foto jendela kamar depan. Ceritanya ini baru saja di pasang teralis (25Sept). Setelah di pasang saya merasa ada di dalam sangkar haha. Can hardly wait minggu depan dipasang gordennya. Gorden pilihan saya sendiri yang melalui proses panjang karena harus merajuk ke Hubby dulu :D


 I Love my Home. Rumahku Istanaku.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...