The Deadly Dreams

By Cicits - September 16, 2011


(Gambar diambil dari www.dianayuti.blogspot.com)

Saya banyak sekali fikiran. Saya memikirkan apa saja. Kadang saya mencari-cari sesuatu untuk difikirkan. Saya memang pemikir yang merasa kelelahan jika fikiran tersebut tidak diungkapkan. Seperti sebuah cerita tanpa akhir. Diskusi tanpa kesimpulan. Entah kenapa jadi begitu, tapi sudah lama saya begini.
Sekarang saya sedang memikirkan ini : Kematian.
...


Entah


Kenapa
..

Mungkin mimpi-mimpi itu. Mungkin kejadian yang kerap saya alami akhir-akhir ini. Entah banyaknya drama pembunuhan di CSI, NCIS atau Criminal minds. Tapi saya memang menyaksikan sendiri, kepergian Bapak dan Mamah (in law), kepergian anak saya. Dan beberapa moment yang membuat saya rasanya dekat sekali dengan kematian. Bahkan akhir-akhir ini saya bicara pada suami jika salah satu diantara kita pulang, kita akan dimakamkan dimana. Saya bahkan ingin menabung untuk membeli tanah pemakaman untuk keluarga (Karena pemakaman keluarga saat ini sudah penuh untuk dua generasi diatas saya)
Saya sudah lama menghindari ajakan hati saya untuk membicarakan hal ini. Jujur saja saya takut. Rasa-rasanya tiba-tiba kok memikirkan kematian seperti ‘pertanda’ waktunya mendekat. Jadi sebisa mungkin saya menyimpan rapi dan melipat pembahasan ini. Tapi, kenapa terus saya simpan, jika teman saya saja bisa men-sign kan emailnya dengan kata-kata :

"The smart man is the man that remember and always thinking about his death."

Bangun pagi ini saya merasa kelelahan. Saya selalu bermimpi. Ada mimpi yang tanpa arti. Mimpi yang membuat saya bahagia. Mimpi yang meskipun keras-keras coba saya ingat tapi tetap ga bisa diingat juga. Ada mimpi yang membuat saya kehabisan tenaga apalagi kalau saya sedang bermimpi menghadapi mahluk halus.

Dan tadi malam saya mimpi lagi. Saya (kembali) mimpi menusuk wajah syaithon dalam wujud perempuan. Persis seperti saya memimpikan memotong leher mahluk halus pada saat saya mengandung Lintang (yang kemudian saya langsung demam tinggi dan akhirnya saya + Lintang sakit). Saya juga memimpikan semua keluarga besar baik dari pihak saya dan Hubby. Semuanya. Sampai ke kakak ipar dan keponakan. Lantas saya berfikir, apakah ini tandanya saya akan berpisah dengan mereka semua? Astaghfirullahaladzim.

Kemarin, saat saya dalam proses melahirkan Lintang. Ari-ari Lintang ketinggalan didalam perut saya, saat itu yang saya rasakan sehabis melahirkan, saya di papah Ibu menuju kamar mandi, darah seketika mengalir deras, lalu rasa mual langsung melesak kedada, kepala saya berat dan saya hampir kehilangan kesadaran, pas saya kembali ke tempat tidur, rasanya saya melayang-layang, suara ibu dan Hubby terdengar sayup-sayup, kemudian saya tertidur (entah pingsan atau benar-benar tidur) pas bangun rasanya badan saya lemas sekali untuk turun kontrol ke ruang dokter ( jarak melahirkan sampai kemudian ari-ari dikeluarkan dengan proses kuretase sekitar 4 jam-an)

Besok2nya, teman dikantor cerita kalau sahabatnya meninggal karena ari-ari anaknya tertinggal didalam perut. Astaghfirullahaldzim, Mungkin saat itu belum waktunya saya pulang, Alloh masih menyelamatkan saya. Tapi saya tetap takut, merasakan pernah berada sedekat itu dengan kematian L.

Saya adalah pemimpi. Dalam arti kiasan dan arti sebenarnya. Saya banyak bermimpi dan kadang saya merasa Tuhan berbicara pada saya lewat mimpi. Saya pernah bermimpi melihat Bulan turun ke bumi (kemudian saya mendapatkan pekerjaan baru). Saya pernah bermimpi melihat titik disuatu tempat berwarna gelap (kemudian saya sadar, hey, itu khan lokasi Rumah kami sekarang). Saya mimpi masuk kedalam rumah yang banyak genangan air dan melihat kuda besar dan anjing kecil (saya googling, katanya akan memiliki anak) dan benar, kemudian saya hamil dengan penuh airmata L. Dan saya pun (pernah) bermimpi meninggal.

Itu adalah mimpi tersedih yang saya tanggung dalam hati. Jam 2 malam saya bangun kemudian terisak-isak dikamar, lalu setelah tahajud saya menelpon sahabat baik saya Mbak Laila (saat itu saya belum menikah).

Saya masih ingat saat itu, saya melihat suami saya naik kendaraanya di pom bensin dekat Perumahan Central Park (Saya ga tahu saat saya mimpi itu, central park sudah ada atau belum), saya melihat suasan hari itu mendung sekali mungkin baru subuh menjelang pagi. Lalu saya melihat tenda didirikan di halaman rumah saya dengan tiang-tiang yang usang, ada beberapa orang yang duduk di kursi-kursi yang tidak rapi barisannya. Saya melihat Hubby, melihat Ibu saya, saya ada disana, tapi tembus pandang, mereka tidak tahu saya ada, wajah Hubby kelihatan sedih sekali. Merana. Dan saya yang hanya bisa menjerit keras tapi suara saya seperti kedap. MasyaAlloh sedih sekali. Tak tertanggungkan. Tak sanggup jika benar terjadi, setidaknya untuk saat ini.

Saya memohon kepada Alloh agar diizinkan melahirkan anak-anak kami. Diizinkan mengurus suami saya hingga Beliau menua. Diizinkan membesarkan keturunan yang sholeh dan sholehah agar bisa membantu mengirimkan doa saat saya dan hubby meninggalkan dunia ini. YaAlloh, dengarkanlah Hamba. Selamatkanlah Hamba dan suami hamba serta Ibu bapak kami.

Saat ini, saya masih punya hutang kepadaNYA, janji saya untuk kembali berhijab jika saya sudah menikah. Banyak kejadian yang mengingatkan saya untuk segera berhijab. Saat ini saya sedang mengusahakan sekuat tenaga. Saya tidak bisa menceritakan kenapa saya belum berjilbab karena alasannya bukan dari hati saya sendiri, namun saya ikhlas kepada ketentuan Illahi terhadap apa-apa yang DIA kehendaki kepada saya. Saya hanya takut, saya meninggal saat belum menutup aurat, belum berbakti kepada Ibu saya, kepada suami saya. Saya takut meninggal jauh dari rumah. Saya takut meninggal sendirian. Saya takut meninggal tidak dalam keadaan khusnul khotimah. Saya takut sekali.

YaAlloh ya Rabb, Aku ini milikMU, segala yang ada padaku adalah punyaMU. Tak mungkin aku memintaMU mempercepat atau menangguhkan kematianku. Namun, YaAlloh, kasihanilah hambaMU ini yang hanya bisa berharap semoga ketentuanMU telah memberiku kesempatan dan waktu untukku menyiapkan amal ibadahku, teman seperjalananku menjalani kehidupan Akhirat yang selamanya dalam keabadian.
Dunia dan segala isinya ini begitu berat untuk ditinggalkan. Kasih sayang dan cinta suami. Ketulusan seorang Ibu. Hangatnya persaudaraan. Anak-anak yang dicintai melebihi apapun. Uang yang bisa membeli apa saja. YaAlloh, Astaghfirullahaldzim.

Siapkanlah aku YaAlloh, bukan hanya ketika kematian dalam hitungan bulan lagi, tapi siapkanlah aku YaAlloh untuk menghadapi kematian dalam hitungan puluhan tahun kedepan, agar aku tak pernah lupa, bahwa mutlak setiap yang bernyawa berakhir dalam kematian. Ingatkanlah aku untuk tidak mensia-sia kan usiaku. Ingatkanlah aku untuk senantiasa menyiapkan amal, membersihkan hati dan fikiran untuk siap menjalani perjalanan menghadapMU. YaAlloh, dunia yang aku cintai ini, suami, anak-anak dan orangtua kami, semoga berkenan Engkau persatukan kembali dalam JannahMU.

Oh ya, saya pernah bermimpi juga, shalat di Masjidil Harom, beribu-ribu shaf, mungkin tidak terhitung menghadap kiblat dengan cahaya di ujung yang sangat terang benderang, namun sayangnya saya ada di shaf paling akhir. Namun tetap saya bersyukur bahwa itu akan jadi pengingat bagi saya, Bahwa Alloh mencintai saya, untuk setiap mimpi dan kehidupany nyata, ALLOH tak pernah meninggalkan saya. saya akan selalu ada di jalanNYA. Amin yaa Rabbal’Alamiin.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Pra & Pasca IFT healing

Allah sangat menyayangiku, Ia selalu mengiyakan doa yang kuminta agar aku menjadi orang yang pandai bersyukur. Satu demi satu, Ia membantu m...