Playdate Rules

By Cicits - December 18, 2014

Intro :

Hy Mommies,
Siapa yang suka liat anaknya rebutan mainan sama temennya? Suka bingung enggak sih nyikapinnya? Kudu intervensi ikut2an rusuh (yang ujung2nya malah emak2nya yg berantem hahaha) atau diem aja mengamati (ntar dianggap cuek ama anak doooong)
Rebutan mainan ini ga cuma sesama teman, adek-kakakpun suka rebutan mainan yang bikin suara emaknya tinggi sampe urat lehernya nampak hihi

Nah, dibawah ini ada artikel dan contoh kasus buat nyikapin fase anak bermain yang punya sumbangsih besar bagi skill 'problem solving' anak. Silahkan di simak dan (lagi-lagi) semoga menginspirasi!

-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar ( on progress)
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.

---------------------------

SOURCE :
http://www.janetlansbury.com/2014/06/share-wait-your-turn-dont-touch-playdate-rules-that-limit-learning-and-what-to-try-instead

Ryan dan Lois, keduanya sama-sama ingin menaiki sepeda roda tiga yang ada di area bermain. Mereka mulai saling memperebutkan jok sepeda sambil berteriak 'punyakuu!' 'Punyakuuu!' Tak lama kemudian, keduanya mulai menangis. Pengasuhnya yang sejak tadi mengamati, duduk berlutut mendekati mereka sambil berkata "kalian berdua ingin naik sepeda yang sama"  anak-anak mulai saling berebut lagi, lalu Luis jatuh menimpa sepeda dan membuat sepeda itu bergeser beberapa inci. Ryan langsung berhenti menangis ketika melihat sepeda berpindah, keduanya mulai cekikikan dan kemudian keduanya mendorong sepedanya bersama-sama (From Your Self Confident Baby by Magda Gerber and Alison Johnson)

Contoh dari Magda tentang anak-anak yang berusaha melalui perjuangannya untuk akhirnya bermain bersama-sama, bukanlah anomali. Saya telah mengamati banyak keributan macam ini yang berakhir sukses di kelas RIE parent. Dua hal contohnya :


Charlotte, bayi berumur 7 bulan yang sudah mampu bergeser merayap di lantai, mendekati Daisy yang belum bisa bergerak yang sedang tiduran terlentang. Perlahan saya mendekati mereka dan menempatkan tangan saya dekat tangan charlotte ketika Charlotte mulai mencolek perut Daisy. " charlotte menyentuh perutmu" saya memberitahukan Daisy dengan lembut. Ketika charlotte mulai menambah "kekuatan" sentuhannya, saya dengan lembut memandu tangannya 'sentuhnya pelan-pelan ya,nak'
Saya seketika mengamati Daisy jadi lebih santai dan menikmati interaksi sesaat ini sebelum akhirnya Charlotte berpindah menuju tempat lain.


Ben dan Arthur, keduanya berusia 2 tahun, sama-sama tertarik pada mainan berupa bus sekolah. Ben menjerit ketika Arthur berhasil menarik mainan itu menjauh darinya. Setelah saya mendekat, saya memberitahu mereka "kalian berdua sama-sama mau mainan itu ya. Dan sekarang Arthur sedang pegang mainannya"
Kemudian saya berkata kpd Ben dengan nada penuh empati 'Wah tidak enak yah" (artikel aslinya menyebutkan, wah menyebalkan yah)

Ben mengambil mainannya lagi selagi Arthur berdiri mematung, mencoba mengendalikan situasi. Tiba-tiba, Arthur berbalik dan berlari dengan bus mainan ditangannya dan Ben mengejar untuk menangkapnya. Mereka berdua memekik dan tertawa riang sambil saling berkejaran selama beberapa menit. Apa yang paling menarik adalah: Ben telah menemukan permainan baru (menangkap dan berkejaran) dengan mainan yang beda setiap minggu atau saling berkejaran tanpa mainan sama sekali. Anak-anak lain ikut serta ketika mood mereka 'oke'

Apa yang akan terjadi kalau kita menahan Charlotte menyentuh Daisy atau memaksa Arthur berbagi atau meminta Ben menunggu gilirannya?

Efek langsung dari kata-kata 'berbagi mainan' 'jangan sentuh!' 'Siapa yg pegang pertama kali?' Dan 'tunggu giliranmu' akan memisahkan anak-anak. Saya menyadari bahwa hal itu terlihat sebagai ide bagus untuk dikatakan kepada anak2 yang sedang berjuang- tidak ada satupun dari kita yang senang melihat anak-anak merasa tidak nyaman. Tapi bukan tujuan kita untuk menyertakan mereka ke playdate/playgroup/preschool  hanya untuk mendorong mereka main bersama kan? Lalu mengapa mengganggu anak2 dengan menciptakan situasi sosial jika kita tidak membiarkan mereka bersosialisasi dengan cara mereka sendiri?

Selama 20 tahun saya mengamati bayi dan balita, saya menemukan bahwa belajar untuk bermain bersama adalah hal yang benar-benar anak coba dengan sungguh-sungguh. Bagaimanapun, hal ini tidak akan terjadi jika mereka harus mengikuti perintah orang tua untuk mengambil giliran dan main secara terpisah.

Sudah pasti lebih mudah untuk memisahkan dua anak yang berjuang dengan konflik mereka. Bagaimanapun, saya merasa semakin awal setiap anak belajar berjuang bernegosiasi dan terlibat dengan orang lain, mereka akan jadi semakin baik.
Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa membiarkan anak-anak berjuang lebih untuk mainan dapat mengajarkan mereka untuk bergaul dengan orang lain. Perjuangan adalah bagian normal dari hubungan antar manusia -Magda Gerber

Fokus pada "hal-hal" Selain mendorong keterpisahan, memaksa anak-anak untuk berbagi (yang biasanya berarti, Anda harus memberikan mainan ke anak lainnya) atau bersikeras menunggu giliran membuat anak-anak hanya fokus pada mainan atau benda-benda daripada terlibat satu sama lain. Memang, sebagian besar anak-anak melalui fase yang amat posesif, tetapi mereka cenderung untuk mudah melewatinya jika kita dengan tenang menerima perasaannya.

Anda mungkin mengkhawatirkan sulitnya anak berbagi akan membuatnya menjadi egois yang akan menggambarkan kemampuan parenting anda. Ingatlah rasa posesive anak-anak terhadap kepemilikian adalah fase normal yang akan terlewati -Magda Gerber

Balita dan anak prasekolah juga bisa bersikap fleksibel, pemaaf, murah hati, dan mereka selalu mudah terpikat oleh anak-anak lain jadi mengapa harus menekankan 'gilirannya' atau menjaga mainan untuk diri mereka sendiri sampai mereka selesai? Anak-anak dapat menggunakan  mainan milik mereka sendiri sesuka hati dirumah, sehingga mereka tidak harus selalu merasa butuh untuk memegang/mengendalikan mainan apapun disituasi sosial manapun.

Suatu hari, ada pengalaman di kelas yang amat menarik. Greta, balita yang kuat dan elegan, meskipun baru berusia 2 tahun, selalu menjadi salah satu yang menawarkan dengan lembut, mainan untuk teman-temannya sebagai caranya bergaul. Tapi pada suatu hari, dia dalam suasana hati yang luar biasa posesif, mungkin karena Greta terlalu lama bepergian dengan keluarganya dan merasa perlu untuk mendapatkan kembali rasa kontrol. Dia mengambil setiap mainan dari satu-satunya anak di kelas hari itu, Annie, yang merupakan balita yang paling baik, balita paling damai dan tenang, yang pernah saya kenal.
Annie tampaknya senang hati melepaskan setiap mainan yang dia pegang, yang kemudian hanya Greta tumpukan di pangkuan ibunya. Annie tampak santai dan riang sementara Greta tampak intens dan mendominasi. Mereka mengingatkan saya pada aktor yang berimprovisasi. Saya membayangkan direktur memberi pengarahan pada mereka
"Oke, Greta, kamu memiliki kebutuhan impulsif untuk semua mainan. Kamu perlu memiliki segalanya ... .Annie, kamu berada dalam keadaan yang membahagiakan, tidak ada satu halpun  yang bisa mengganggumu "

Dalam RIE kita memiliki kemewahan untuk membiarkan hal-hal seperti ini terjadi. Setelah mengamati beberapa menit, saya menanyakan pertanyaan  retorik, 'siapa menurut anda yang paling memegang kendali?'

Semakin banyak orang dewasa yang ikut campur untuk menentukan apa yang adil dan bagaimana seharusnya anak-anak terlihat 'bermain', anak-anak akan semakin percaya bahwa mereka butuh intervensi orang dewasa dimanapun mereka berada.

Pelajaran pentingnya adalah tentang pengalaman mereka untuk menyelesaikan masalah. Jangan sampai, ketika kita melihat mereka sedang memecahkan masalah, kita malah terus2an membantunya. Parahnya, kita malah merasa mereka sedang kesulitan/tersiksa. -Magda Gerber

Aturan dan kebijakannya adalah seperti ini :

● peraturan kita selalu akan memposisikan anak berjuang dan  kita (sebenarnya) tidak suka melihat anak-anak berjuang

● Satu mainan untuk semua, atau langsung menawarkan solusi kelihatan lebih mudah daripada mengamati, menilai atau menangani masalah di setiap situasi yang berbeda.

● Anak-anak belajar dengan cepat tentang peraturan kita dan dapat menumbuhkan harga dirinya melalui peraturan itu

● Walaupun kita selalu mencoba memberikan situasi yang lebih "bernafas", tetapi teman2, keluarga dan bahkan orang asing selalu mengharapkan kita mengikuti aturan mereka.

Dalam kelas RIE kita hanya memiliki satu peraturan yang cepat dan baku yaitu : Tidak menyakiti satu sama lain.
Ketika anak2 memperebutkan mainan, kami mendekat untuk memberikan dukungan dan perlindungan. Kami menghindari pukulan, mendorong, mencubit, menggigit atau memukul kepala dengan membloking tindakan ini dengan tangan kami atau memindahkan tangan anak dari badan anak lain.  Kami mencerminkan tindakan dan perasaan anak-anak yang tidak memihak (seperti pada contoh di atas). Pendiri RIE Magda Gerber menyebut ini 'sportscasting', dan bersama dengan kesabaran dan penerimaan atas perasaan mereka, seringkali semua anak akan butuh untuk mulai berubah.
 
Ketika anak-anak terihat stuck dan perjuangan mereka terus berlanjut, kami  berusaha sedikit mungkin ikutcampur agar proses pembelajarannya lebih besar.
Ini artinya, ada saat 'mungkin tunggu dia selesai' atau 'ibu tidak bisa membiarkan kamu terus2an ambil mainan Joe' adalah respon yang anak butuhkan, tetapi anak2 belajar lebih banyak dan membangun kepercayaan diri dalam kemampuan problem solving ketika kita menangani masalahnya case by case.

Pertanyaannya adalah, ketika saya bersama dengan orangtua yang selalu ingin membuat anak saya berbagi mainan, lalu bagaimana?

Kalau anak-anak kelihatan tertarik satu sama lain segera lakukan pembicaraan ringan seperti ' Apakah Ibu ingin sekarang juga saya hentikan anak-anak berebutan atau berikan mereka kesempatan untuk menyelesaika masalah?'

Jika orangtua lain melakukan intervensi dan anak saya yg memegang kendali, dengan lembut saya akan menahan anak saya memegang mainan, atau jika terlambat, saya akan bertanya padanya apakah dia mau mengembalikan mainan itu sendiri atau butuh bantuan saya untuk mengembalikannya.
Saya akan terus melindungi anak-anak dari anggapan anak yang suka membuli atau mengganggu. Tapi saya juga tidak akan membiarkan anak saya menghalangi perosotan, memotong antrian dll. Dalam hal ini, berbagi benda2 dan mengambil giliran juga penting untuk di ajarkan.

Memang sangat sulit melihat anak-anak memperebutkan mainan, berteriak kemudian berjuang memilikinya, tanpa kita ikut campur. Sebelum saya berfikir begitu, saya terkejut melihat betapa cepatnya konflik itu berakhir. Anak-anak berusaha melewati masa itu dan segera mereka sibuk mengerjakan hal yang lain. Mereka telah diberi kesempatan untuk merasakan dan mengekspresikan perasaan mereka yg real, belajar untuk merasakan konsekuensi di dunia nyata dan kemudian.. move on!

***

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Bedug

Berkali-kali flightku di batalkan karena asap menghalangi jarak pandang pesawat yang hendak take off. Baru sekali ini di antara puluhan kali...