13 Agustus 2011
By Cicits - August 25, 2011
Sebelum saya lupa, saya ingin mencatat dua weekend terakhir saya di bulan Agustus yang menurut saya penting, hehe.
Ini salah satunya;
13 Ramadhan 1432 H – 13 Agustus 2011Bogor
Waktu itu saya dan Hubby berangkat pagi-pagi banget, sehabis sholat Subuh dengan mengendarai classy milik si Adek, tau-tau jam 7.15am udah sampe aja ditempat, cepet juga, lumayan lancar jaya dijalan. Ke tempat seorang herbalis bernama Pak Juanda di Bogor. Saya kira, saya yang pertama tiba, Pas Hubby masih cari parkiran dan saya menuju ruang register tau-tau sudah di urutan ke-8 L.Duduk di ruang tunggu, sambil berharap orang dengan nomor urut sebelum saya engga ada, terus di skip deh ke nomor saya :D, saya mengambil beberapa kartu nama Pak Haji dan melihat brosur, kesan pertama saya fikir, ini Pak Haji serem banget sih, keliatannya galak dan aneh, kurang fotogenic *maaf Pak hajii, namanya juga first impression* :D
Kami diberitahukan bahwa seminar akan di mulai jam 10, masih dua jam-an lagi, jadi kami duduk di luar, saya coba baca-baca Buku yang dikasih sementara Hubby melanjutkan pekerjaan kantornya dengan telpon sana-sini. Pas acara di mulai, kami dapet di barisan ke dua paling belakang. Tempatnya penuh banget. Yang kasih seminar ternyata bukan pak Juanda, mungkin assistennya, tapi lumayan komunikatif dan informatif juga, hampir sepertiga bagian presentasi, pak Juandanya tiba juga, lah langsung impression saya berubah, ternyata orangnya baik, open dan ga serem, mungkin efek kumis di dalam brosur, sementara saat itu Beliau sudah tidak berkumis lagi.*ini kenapa juga jadi bahas kumis, haha*
Ya, saya merinding juga saat forum ditanya ‘Siapaa yang gagal hamil satu kali?’ saya langsung angkat tangan dengan semangat, lalu bermunculan tangan-tangan yang lain. Yang senasib. Saya merasa lega, tidak sendirian, paling engga mereka pasti punya perasaan yang sama kaya saya.Lalu ditanya lagi; ‘yang gagal dua kali?’ Banyak juga yang mengangkat tangan. Saya beristighfar. Duh, kasihan, dua kali gagal. Pasti rasanya dua kali sedih yang saya punya.
Lalu ditanya lagi; ‘yang gagal tiga kali ke atas?’ lebih banyak lagi yang mengangkat tangan. Astaghfirulloh, bahkan ada yang lima kali keguguran dan tiga kali melahirkan bayi cacat. Astaghfirulloh, berarti.. saya masih lebih beruntung ternyata, Astaghfirulloh sedih banget liat mereka, tiba-tiba atmosfir ruangan jadi agak gloomy, tapi pinter deh Pak ustadz langsung mencairkan suasana dengan ngajak becanda forum.Kemarin, ada juga peserta seminar yang hingga 20 tahun belum berhasil memiliki anak, yang memiliki anak autis dan gangguan penglihatan (saraf otak dan mata), semuanya berikhtiar mencari obat yang InsyaAlloh sebagai jalan keluar dari masalah yang disebabkan oleh, TORCH.
TORCH itu ngeselin. Saya aja sempet kesel, kok bisa saya kena TORCH, hampir semua IgG saya positive, meski kata dokter secara medis IgG positive itu tidak mengkhawatirkan tapi di lapangan secara nyata, IgG postive masih jadi masalah buat kehamilan (Info Pak Juanda)Dan, saya bukan hendak melangkahi ketentuan Alloh, tapi saya engga mau kalo hamil anak ke dua nanti, dedenya sakit lagi. Duh Gusti, saya enggak bakalan sanggup kayanya. Makanya saya sekarang bener-bener-bener harus sehat, terutama memberantas Citumegalo yang angkanya diatas 250, Aduuhh.
Saya juga dapet banyak info, bahwa TORCH ini ga hanya di derita perempuan, laki-laki juga bisa, balita bisa, remaja bahkan dewasa juga bisa. Cuma memang ciri paling signifikan ya pada saat kehamilan, biarpun Ibunya kelihatan sehat-sehat aja, kalo ada TORCH, Dedenya pasti sakit L, kalaupun sehat bisa jadi setelah lahir ada gangguan saraf, Autisme atau bahkan baru muncul saat dewasa. Naudzubillahimindzalik.Kata Pak Juanda, RCHnya (Rubela, Citumegalo dan herpes) itu menular. Baik suami ataupun istri bisa saling lempar-melempar penyakit, meski istrinya diobati, kalo suaminya juga punya TORCH, pasti bakal nge-pingpong lagi penyakitnya. Jadi dua-duanya harus sehat. Nah, saya jadi mikir, kalau test Pra Marital check up itu penting Banget!!! Bukan untuk menolak calon pasangan kalo dia ada apa-apa, tapi jadi bisa ngobatin dulu, bisa disembuhin, dicariin jalan keluar, dipersiapkan untuk kehadiran Dedenya, seperti saya kemarin, nyesel nyesel nyeselll banget, karena ga tahu sama sekali mengenai kesehatan diri sendiri (yang saya kira saya udah sehat) dan berakibat fatal buat anak pertama kami L.
Alhamdulillah, saya dan suami support satu sama lain, dalam arti, kami sedih tapi tidak menyalahkan satu sama lain, toh tanpa Izin Alloh semua ini tidak akan terjadi. Jadi saya sungguh berfikir positif dan Husnudzon kepada Alloh yang telah memberikan kepada kami anak penghuni surga saat kami, orangtuanya masih ada di alam duniawi. Saya seperti memiliki tali penghubung dengan dunia akhirat, bedanya tidak bisa di telpon, dikirim email, atau di ping BBM, yang bisa saya lakukan Cuma mendoakan dan titip salam, kadang saya bilang; Ya Alloh, tolong pelukin Lintang buat saya, tolong ciumin Lintang buat saya, tolong bilangin, saya Ibunya disini akan selalu mencintainya.Saya sangat percaya, bahwa Lintang hidup di akhirat saat ini, dia memang lahir saat usia janinnya menuju 4 bulan, tapi dia berdetak dan tumbuh dalam rahim saya, buat saya Lintang bukan sekedar janin tapi dia seseorang buat saya. Saya yakin Lintang tahu saya Ibunya, tahu Abi sebagai Bapaknya, InsyaAlloh anak laki-laki kesayangan saya yang tanpa dosa itu, suatu hari akan menjemput kami di pintu gerbang, membawa secangkir air pelepas dahaga setelah lelah menyebrangi Jembatan Shirotum’ Mustaqim. Dan saya bisa memeluknya erat-erat. Dan saya akan menceritakan kepadanya banyak kisah di Dunia tempat ia singgah hanya sangat sebentar, menceritakan bagaimana adik-adiknya nanti, menceritakan yang terlewat *Duh jadi sedih kok ya L*
Balik ke Pak Juanda tadi, yah intinya saya merasa yakin dulu dan berhusnudzon dengan produk yang ditawarkan Beliau, sudah ribuan orang berhasil dan saya berikhtiar semoga kami ada di barisan yang berhasil tersebut. Obatnya sih lumayan juga yah, hehe. Tapi InsyaAlloh rejeki untuk untuk pengobatan sudah dipersiapkan Alloh sebagaimana IA menyiapkan mental saya dan Hubby untuk menghadapi ujian ini.Pak Juanda juga kasih info mengenai ikhtiar untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan, dia juga kasih buku kecil untuk berdzikir dan tentunya dorongan mental untuk percaya bahwa semua ada obatnya kecuali kematian.
3 Bulan lagi saya dan Hubby akan melakukan test darah untuk menge-check kondisi virus dalam darah, mudah-mudahan sudah negative dan kami bisa ikhtiar lagi untuk segera hamil lagi. InsyaAlloh, ikhtiar kali ini menjadi pembuka jalan bagi keturunan anak laki-laki yang sholeh dan perempuan yang sholehah, penyejuk mata dan hati kami, barisan keturunan yang mengalirkan doa-doa ke langit setelah saya dan Hubby meninggal dunia dan menuju kehidupan Abadi bernama akhirat. Amiin. Amiin Ya Rabbal 'Alamin.
0 comments