Sultan murad 11
Intro :
10.04.15
Hy mommies,
Tak bosan2 kita membaca nasihat dari kisah2 inspiratif agar pengulangan2 dari nasihat menancap di kepala kita yang (mudah2an) mengendap di alam bawah sadar kita bahwa mendidik anak membutuhkan ilmu.
Nah, semoga ilmu kali ini dpt menambah wacana parenting kita ya maaaakk....
Semoga menginspirasi!
-------------------------
Disclaimer :
1. Artikel berikut bisa di temukan di bentuk forum parenting lainnya. Artikel ini disebarkan dengan sumber yang disebutkan dengan tujuan berbagi informasi berharga.
2. Artikel berikut bisa jadi belum cocok untuk kondisi masing-masing keluarga namun memahami isi materi dengan baik bisa jadi sangat berguna di kemudian hari.
3. Dipersilahkan menyebarkan artikel dengan menyebutkan sumbernya.
4. Silahkan menyimpan artikel atau bisa mengunjungi blog Kijar
5. Di persilahkan untuk berkomentar dan bertanya atas isi materi untuk di diskusikan bersama-sama dengan bahasa yang hangat dan santun.
---------------------------
SOURCE : detikislam.com
Lahirkan Generasi al-Fatih, Ini Tips Pendidikan Anak Ala Sultan Murad II
Rasulullah bersabda, “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orang tuanya lah yang menjadikannya sebagai seorang yahudi, nasrani & majusi (penyembah api).(HR. Muslim No.4807)
Sabda Rasul di atas menjelaskan bagaimana berpengaruhnya orangtua terhadap masa depan anaknya. Kita bisa belajar dari Sultan Murad yang punya peran besar dalam membentuk Muhammad Al-Fatih yang kelak menjadi penakluk kota Konstantinopel. Apa saja yang dilakukan Sultan Murad? Saya merangkumnya dalam tiga hal penting:
1. Bersahabat dengan Anak
Sultan Murad pada anaknya sangat bersahabat. Aktivitas setelah bangun tidur yang dilakukan Sultan adalah mengajak anaknya solat subuh lalu menikmati fajar sembari bercengkrama dengan suasana yang menyenangkan. Di setiap mereka berjalan menikmati udara fajar, tangan Sultan tak lepas dari menggenggam tangan Mehmed (Pelafalan nama Muhammad di lidah orang-orang Turki).
Sultan tidak sedang memanjakan Mehmed. Sultan hanya ingin Mehmed merasakan bahwa Ayahnya selalu ada untuknya hingga Mehmed tidak sungkan untuk bercerita. Mehmed tak perlu mengadu pada yang lain , Ayahnya sudah lebih dari segalanya. Sehingga jika seandainya Mehmed hidup di masa kini, Mehmed tak akan mengadu pada facebook. Sangat disayangkan saat ini banyak anak-anak yang lebih dekat dengan gadget dibandingkan dekat dengan orangtuanya. Kita bisa belajar dari Sultan Murad bagaimana bersahabat dengan anak-anak kita. Karena jika orangtua hanya sibuk dengan pekerjaannya, jangan salahkan jika di luar rumah anak-anak akan mencari pelarian dengan alasan untuk diperhatikan orang lain.
Jadilah mereka berperilaku buruk, kerjanya berantem, ngomong kotor, bolos sekolah, dan lain-lain. Karenanya luangkanlah waktu Anda untuk sejenak duduk berdua bersama anak. Tanyakan dengan lembut setiap anak pulang dari sekolah. Apa saja. Belajarnya, teman-temannya, gurunya, hingga anak merasa bahwa orangtuanya adalah sahabat terkedekatnya. Kedekatan secara fisik dengan anak seharusnya menjadi keistimewaan yang patut disyukuri karena orangtua bisa melihat secara langsung perkembangan anak sehingga bisa mencegah pengaruh negatif terhadap perkembangan anak.
2. Motivasi dengan Ucapan yang Baik
Sedih jika mendengar ada orangtua yang membentak anaknya dengan ucapan-ucapan kasar hingga sang anak tak percaya dengan dirinya sendiri. Sang anak merasa lemah dan tak punya kemampuan apa-apa. Saat anak terjatuh, ibunda langsung berucap,”Duh, dasar anak bodoh. Sudah dibilangin diam-diam aja, gak bisa banget diam.” Saat anak sudah bisa berjalan dan pandai berbicara biasanya anak ingin melakukan hal-hal yang baru, misalnya manjat pohon, biasanya orangtua akan melarang dengan alasan takut anaknya jatuh lalu keluarlah kalimat” Udah, kamu gak akan bisa manjat pohon itu. Jangan macem-macem nanti kamu jatuh.” Tahukah jika orangtua seperti itu, maka yang terjadi sang anak akan merasa bahwa dirinya memang tidak bisa, merasa dirinya memang bodoh. Makanya banyak anak yang tidak mandiri. Apa-apa manggil mama. Apa-apa tidak bisa sendiri. Belajarlah dari Sultan. Sultan Murad setiap hari selalu memberikan motivasi dengan kalimat yang baik bahkan mungkin bagi oranglain adalah gila. Tapi keyakinan dan kepercayaan Sultan pada anaknya membuat anaknya semakin berani dan percaya diri. Setiap hari Sultan mengajak anaknya duduk di puncak menara masjid yang tertinggi, lalu Sultan menunjuk tangannya jauh di sebuah cakrawala. Apa yang disampaikan Sultan? Sultan menyampaikan motivasi, visi pada seorang anak yang masih sangat kecil.
“Mehmed, lihatlah! Di depan, jauh di depan sana, disanalah Konstantinopel. Kota itu adalah salah satu pusat dari kekufuran. Ibukota Romawi Timur yang sangat kuat. Kota itu akan jatuh ke dalam kekuasaan Islam. Dan engkaulah, Insyaallah, yang akan menaklukkannya kelak.”
Setiap hari dimotivasi dengan kalimat-kalimat yang baik, membuat Mehmed sangat percaya diri dan membuatnya semangat belajar. Saya sendiri pernah merasakan sensasi keajaiban motivasi dari Ayahanda. Waktu itu SMP.Ayah saya begitu percaya kalau saya akan menjadi juara kelas, padahal sejak kelas 1 SMP saya tidak pernah ranking satu. Tapi Ayah saya tetap yakin hingga di kelas tiga pembagian report semester pertama Ayah saya berucap,” Masih ada kesempatan. Kau pasti juara.”
Karena ucapannya itu saya sangat semangat dan Alhamdulilllah hasil ujian nasional saya paling besar di sekolah saya. Keajaiban ucapan yang baik. Pantas Allah SWT dalam alqur’an mengibaratkan ucapan yang baik itu seperti pohon yang akarnya teguh dan menancap kokoh. Jika akar pohon sudah bagus, buahnya pun pasti akan bagus.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (TQS. Ibrahim: 24-27)
Jadi, pelajaran yang bisa kita ambil adalah, berikanlah motivasi yang baik pada anak-anak kita. Jangan lagi mengucapkan kata-kata yang tidak baik hingga membuat anak merasa seperti kata yang diucapkan itu.
3. Berikan Guru Terbaik
Sultan Murad punya mimpi untuk menaklukkan Konstantinopel dan mimpinya itu diwariskan pada anaknya Muhammad Al-Fatih. Maka Sultan harus memberikan yang terbaik pada anaknya termasuk dalam pendidikan. Sejak kecil Mehmed telah diajari oleh seorang Ulama besar yang nasabnya tersambung sampai pada sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq, Syaikh Aaq Syamsuddin namanya. Syaikh Aaq Syamsuddin punya peran besar dalam menjadikan Muhammad Al-Fatih sebagai pemimpin dunia. Ilmu dan nasehat menjadi semacam makanan pokok tak tergantikan. Hingga jadilah Muhammad Al-fatih sebagai sebaik-baik pemimpin yang pernah disabdakan Rasul.
Kita bisa belajar dari Sultan bahwa sebagai orangtua kita harus memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Karena pendiidikan berpengaruh pada anak. Lingkungan berpengaruh pada anak. Teman-teman berpengaruh pada anak-anak kita. Bukan mahalnya tapi cara mendidiknya. Kita tahu tentang berita pelecehan seksual terhadap anak yang ada tak jadi jaminan. di sekolah internasional. Sekolah itu mahal tapi kualitasnya tak jadi jaminan. Saya sempat heran ada orangtua yang bangga memasukkan anaknya di sekolah kristen. Di sekolah yang umum saja, pelajaran agama Islamnya sedikit, bagaimana di sekolah yang sudah bermerk bukan agama Islam. Pendidikan itu penting, lebih penting lagi pendidikan Islam.
Jadi, tetap penting memilih sekolah. Karena sebagai orangtua kita tidak bisa mengawasi anak setiap saat. Sekolah punya peran yang besar. Guru punya peran besar dalam menghasilkan anak-anak yang hebat.
Kesimpulannya: Anak bisa menjadi sumber kebahagiaan tapi juga bisa menjadi sumber kekecewaan. Ingin menjadi sumber apa anak kita, tergantung pilihan dan cara kita mendidik kita hari ini. Kita bisa belajar dari Sultan Murad yang telah berhasil menjadikan anaknya tertulis dalam tinta emas sejarah kaum muslimin. Dan pasti, kita pun bisa. Lihatlah saat ini sudah ada orangtua yang lebih bangga anaknya menjadi hafidz qur’an dibandingkan anaknya menjadi penyanyi idola. Meski jumlahnya belum banyak, tapi saya percaya semua orangtua apapun latar belakang, bahkan maaf penjahat sekalipun lebih senang melihat anaknya berprestasi dan dekat dengan Allah.[]Oleh : Oksa Putra Yuza (Pengajar & Penulis)
*Tulisan ini terinspirasi dari Novel Ghazi karya Sayf Muhammad Isa dan Felix Siauw
Sumber : Ummi Online
0 comments